Kamis 04 Nov 2021 17:42 WIB

Terapi Monoklonal Manjur Cegah Covid-19 Parah-Kematian

Di banyak negara, obat antibodi monoklonal telah diberikan untuk pasien Covid-19.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Obat eksperimental Covid-19 berbasis antibodi dari Regeneron diberikan kepada Donald Trump saat mantan presiden AS itu positif Covid-19.
Foto:

Dalam keterangannya terdahulu, Reddy mengungkapkan bahwa Asian Institute of Gastroenterology melakukan salah satu studi terbesar di dunia untuk mengungkap efektivitas campuran antibodi monoklonal dosis tunggal terhadap varian delta yang sangat menular. Saat itu, 40 pasien Covid-19 diberikan obat tersebut.

"Dalam 24 jam, mereka sembuh dari gejala klinis, mulai dari demam, lemah, dan lainnya," kata Reddy.

photo
WHO setujui dua obat arthritis untuk perawatan pasien Covid-19. - (Republika)

Mengutip studi lain dari Amerika Serikat, Reddy menyebut antibodi monoklonal efektif terhadap varian Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan. Saat itu, belum ada peneliti lain yang mengujinya terhadap varian delta seperti studi yang dilakukan pihaknya.

"Setelah sepekan, SARS-CoV-2 tidak lagi terdeteksi pada seluruh pasien yang kami analisis, hasil RT-PCR 100 persen mengonfirmasikannya," kata Reddy.

Sementara itu, uji klinis menunjukkan pengobatan antibodi monoklonal buatan Regeneron mampu mengurangi rawat inap Covid-19 dan kematian sekitar 70 persen di Amerika Serikat. Bahkan, saat diberikan pada orang yang lebih berisiko, antibodi monoklonal mampu mengurangi gejala sekitar 80 persen.

"Seiring meningkatnya rawat inap, kami di sini memiliki terapi yang dapat mengurangi gejala Covid-19," kata William Fales MD, direktur medis dari Departemen Kesehatan dan Divisi Layanan Kemanusiaan Layanan Gawat Darurat dan Trauma Amerika Serikat, dikutip dari laman Web MD.

Sementara itu, dokter penyakit menular di University of Michigan, Lindsay Petty, menjelaskan, antibodi monoklonal mampu bekerja seperti antibodi yang dibuat tubuh dalam melawan virus. Bedanya, antibodi ini hanya mampu dibuat perusahaan farmasi, seperti Regeneron.

Petty menyebut, saat mengikat lonjakan protein, antibodi itu mampu memblokir virus yang memasuki sel-sel tubuh. Dengan begitu, antibodi monoklonal mampu menangkal virus langsung setelah terinfeksi.

Antibodi monoklonal awalnya memang hanya bisa digunakan melalui infus. Namun, berdasarkan penelitian terbaru, obat antibodi itu juga bisa diberikan melalui suntikan ke perut.

"Konsumen harus tahu bahwa Regeneron (berfungsi) melawan varian Delta," kata David Wohl MD, ahli penyakit menular di University of North Carolina.

Petty mengatakan, antibodi monoklonal bisa diberikan kepada siapapun sedini mungkin agar semakin efektif dalam mengobati atau mencegah Covid-19. Pemberiannya akan sangat efektif dalam empat hingga lima hari pertama gejala.

Oleh sebab itu, Petty menyarankan agar melakukan tes sesegera mungkin jika melihat adanya gejala Covid-19 yang muncul. Jika ada gejala, Petty menyarankan untuk langsung menghubungi dokter mengenai antibodi monoklonal.

Kendati demikian, antibodi monoklonal itu, menurut Petty, tidak bisa diberikan pada pasien yang mengalami gejala setelah 10 hari. Terapi antibodi monoklonal menarik minat peneliti dunia setelah dipakai Donald Trump saat mantan presiden Amerika Serikat itu positif Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement