Metode yang sudah mulai diterapkan di RSPON beberapa tahun lalu ini dikatakan memiliki sejumlah keunggulan. Prosedurnya relatif cepat, pasien tidak perlu perawatan ICU selepas tindakan, mengurangi lamanya rawat inap pasien, dan tidak ada luka sayatan.
Sejumlah faktor dapat menyebabkan kelemahan pada pembuluh darah dan meningkatkan risiko aneurisma otak atau pecahnya aneurisma yang bisa menyerang orang berusia muda. Faktor risiko ini, seperti dikutip dari Mayo Clinic antara lain usia yang lebih tua, kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi (hipertensi), penyalahgunaan narkoba dan kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol berat.
Beberapa jenis aneurisma juga dapat terjadi setelah cedera kepala. Aneurisma pun mungkin terjadi akibat infeksi darah tertentu (aneurisma mikotik).
Di sisi lain, pola makan tak sehat, yakni tinggi kolesterol, kurang beristirahat dan obesitas juga menjadi faktor risiko masalah pembuluh darah. Kebanyakan aneurisma biasanya tak bergejala kecuali aneurisma pecah.
Aneurisma yang tidak pecah masih dapat menghalangi sirkulasi ke jaringan lain, membentuk gumpalan darah yang dapat menghalangi pembuluh darah yang lebih kecil. Kondisi ini dikenal sebagai tromboemboli yang bisa berujung strok iskemik atau komplikasi serius lainnya.