REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemunculan tren diet ekstrim seringkali berhasil menarik minat banyak orang karena efek penurunan berat badannya yang instan. Padahal, penerapan diet ekstrim hanya boleh dilakukan pada kondisi tertentu saja.
"Diet ekstrim adalah diet yang kalau di bidang kami dikenal sebagai very low-calorie diet, sangat rendah kalori," ujar spesialis gizi klinik Dr dr Samuel Oetoro MS SpGK(K), dalam #GoodTalkSeries bersama GoodDoctor melalui siaran IG Live @gooddoctor.id, Ahad (14/3).
Dr Samuel mengatakan suatu diet dapat dikatakan sebagai diet sangat rendah kalori bila total kalori yang dikonsumsi dalam satu hari kurang dari 800 kalori. Dalam hal penurunan berat badan, diet sangat rendah kalori memang dipastikan dapat menurunkan berat badan. Akan tetapi, diet ekstrim yang dilakukan tanpa pengawasan dokter yang terlatih seperti dokter spesialis gizi klinik, bisa memicu beragam risiko bagi kesehatan.
Salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi akibat diet ekstrim yang dilakukan sembarangan adalah pembentukan batu empedu. Masalah lain yang juga kerap terjadi adalah peningkatan asam urat, gangguan fungsi liver, mudah merasa kedinginan, rambut rontok, sembelit, hingga massa otot menurun.
Dr Samuel mengatakan diet ekstrim akan membuat tubuh mengambil protein sebagai sumber tenaga. Hal tersebut yang kemudian menyebabkan penurunan massa otot. Yang berbahaya, otot terdapat di banyak tempat di dalam tubuh, termasuk di jantung.
"Hati-hati protein otot jantung tertarik, lama-lama otot jantung kekurangan protein, berbahaya sekali, apalagi bila diet ekstrim yang dilakukan di bawah 400 kalori (per hari)," jelas Dr Samuel.