REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada persepsi keliru yang menganggap bahwa sembelit saat diet merupakan hal yang normal. Sembelit justru dianggap sebagai pertanda bahwa semua makanan yang telah dikonsumsi terserap oleh tubuh.
"Itu pernyataan yang salah dan tidak benar," ungkap spesialis gizi klinik dr Feni Nugroho MARS MGz SpGK, dalam #GoodTalkSeries bersama GoodDoctor melalui siaran IG Live @gooddoctor.id, belum lama ini.
Menurut dr Feni, sembelit saat berdiet bisa terjadi karena diet yang diterapkan terlalu ekstrim dengan pengurangan kalori yang terlalu besar. Diet seperti itu dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada fungsi dan pergerakan usus.
Tak hanya itu, sembelit juga bisa terjadi karena diet yang diterapkan tidak dilengkapi dengan serat. Seperti diketahui, belakangan ini muncul diet populer yang menganjurkan pengurangan konsumsi serat. Padahal, kecukupan asupan serat penting untuk dipenuhi.
"Tidak bisa BAB selama lima hari, enam hari, menurut saya ini adalah proses yang tidak normal dan memang harus dibenarkan, mungkin harus dievaluasi lagi makannya seperti apa," tukas dr Feni.
Terkait diet untuk menurunkan berat badan, spesialis gizi klinik Dr dr Samuel Oentoro MS SpGK(K) mengatakan asupan makanan tetap harus lengkap. Makanan yang dikonsumsi selama berdiet harus mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, hingga serat dalam komposisi yang seimbang.
Dr Samuel mengatakan, sebagian orang yang berdiet untuk menurunkan berat badan mungkin menghindari makanan tertentu, misalnya nasi putih. Bila tidak ingin mengonsumsi nasi putih, dia tetap perlu mendapatkan asupan karbohidrat dari jenis makanan lain.
"Bisa dari oatmeal, dari bekatul," ujar Dr Samuel mencontohkan.
Terkait serat, Dr Samuel juga menepis informasi keliru yang menyatakan bahwa konsumsi serat dapat menggemukkan. Dr Samuel justru mengungkapkan bahwa konsumsi serat dapat membantu program penurunan berat badan dan juga menyehatkan.
"Jadi kalau Anda ingin menurunkan berat badan, serat ini hukumnya wajib dikonsumsi," tukas Dr Samuel.