Selasa 03 Nov 2020 00:15 WIB

Studi: Hubungan Sosial Terbukti Tingkatkan Kesehatan Otak

Bersosialisasi adalah resep manjur untuk menjaga kesehatan otak.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Bersosialisasi adalah resep manjur untuk menjaga kesehatan otak (Foto: ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Bersosialisasi adalah resep manjur untuk menjaga kesehatan otak (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PITTSBURGH -- Bersosialisasi adalah resep manjur untuk menjaga kesehatan otak. Bukan sekadar anggapan, namun hal tersebut telah terbukti secara ilmiah. Bagi kalangan lanjut usia, menjaga hubungan sosial disebut efektif menangkal demensia.

Berdasarkan hasil studi tersebut, para lansia yang berkumpul secara teratur dengan teman, menjadi sukarelawan, atau menjadi peserta kelas tertentu, memiliki otak yang lebih sehat.  Penelitian dilakukan sebelum merebaknya pandemi Covid-19.

Baca Juga

Hasil temuan tersebut termuat dalam Journal of Gerontology: Psychological Sciences. Penggagas studi adalah Cynthia Felix dan rekan-rekannya dari Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Pittsburgh, Amerika Serikat.

Mereka menggunakan informasi keterlibatan sosial yang dilakoni 293 peserta, yang datanya terhimpun dalam studi Kesehatan, Penuaan, dan Komposisi Tubuh (Health ABC). Peserta dalam studi tersebut rata-rata berusia 83 tahun.

Selain melakukan analisis data, tim juga memindai otak para peserta dengan perangkat Difusi Tensor Imaging MRI. Pencitraan otak tersebut secara sensitif mengukur integritas seluler sel-sel otak yang digunakan untuk keterlibatan sosial.

Para peserta juga memberikan informasi tentang keterlibatan sosial mereka. Ada yang melakukan permainan papan bersama kawan, pergi ke bioskop, pelesir ke tempat jauh, belajar hal baru, berdoa di tempat ibadah, atau bergabung dalam komunitas.

Tidak sedikit yang menjadi sukarelawan atau masih bekerja, serta tentunya berkumpul dengan keluarga setidaknya sekali dalam sepekan. Keterlibatan sosial yang tinggi mengaktifkan wilayah otak tertentu yang diperlukan untuk mengenali wajah dan emosi.

Dengan aktivitas yang lebih kuat di wilayah otak tersebut, sangat relevan dalam menangkal demensia, sebuah kondisi terjadinya penurunan daya ingat dan cara berpikir. Dosis keterlibatan sosial yang moderat pun bermanfaat untuk pencegahan itu.

"Data kami dikumpulkan sebelum pandemi Covid-19, tetapi saya yakin temuan kami sangat penting saat ini, karena isolasi sosial untuk lansia dapat menempatkan mereka pada sejumlah risiko, termasuk demensia," kata penulis utama studi, Cynthia Felix.

Dia menyampaikan, belum ada obat untuk demensia, yang perawatannya menghabiskan biaya luar biasa. Oleh karena itu, pencegahannya amat sangat penting untuk kesejahteraan lansia. Bahkan, sebelum seseorang mencapai fase usia tersebut.

Lewat studinya, Felix dan tim menyoroti pentingnya bagi semua kalangan usia untuk menjaga hubungan sosial tetap seimbang. Meski pandemi Covid-19 memaksa banyak orang melakukan pembatasan fisik, harus ada cara agar tetap terhubung secara sosial.

Salah satu yang bisa dilakukan yakni dengan memaksimalkan media sosial untuk menjangkau orang lain. Bisa pula memanfaatkan aplikasi Zoom untuk saling sapa atau melakoni berbagai hal unik bersama, seperti memanggang kue jarak jauh.

Jangan ragu untuk membicarakan kekhawatiran dan menyatakan perasaan kepada orang terkasih dan sahabat yang dipercaya. Selalu tanyakan kondisi keluarga, kawan, atau tetangga, terutama yang sangat membutuhkan bantuan di tengah masa sulit.

Memiliki kepedulian tinggi terhadap orang-orang di sekeliling seperti demikian adalah hal baik. Akan tetapi, penting juga untuk menjaga kebugaran fisik dan kesehatan mental diri sendiri. Tiga hal mendasar dari perawatan diri adalah makan makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan cukup tidur, dikutip dari laman Forbes, Senin (2/11).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement