Sabtu 19 Sep 2020 12:54 WIB

Ancaman Gagal Ginjal Dibalik Minuman Berenergi

Gagal ginjal dapat saja menimpa anak hingga remaja.

Ancaman Gagal Ginjal Dibalik Minuman Berenergi
Foto:

Ditanggung BPJS Kesehatan

Handikha termasuk beruntung sejak awal sakit, dirawat hingga tiga minggu di RS di Pekanbaru hingga saat ini menjalani cuci darah rutin dua kali seminggu tidak mengeluarkan biaya karena ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

"Kalau harus bayar, kerja apa yang bisa mengumpulkan uang sebanyak itu, sekali cuci darah saja Rp 1 juta, dua kali seminggu, delapan kali sebulan jadi Rp 8 juta, itu baru cuci darah saja," ujarnya.

Selama menjalani cuci darah pun ia tidak mengalami kendala dan menerima pelayanan yang baik dari tenaga medis di RS BMC Padang. Ia bersyukur dengan adanya BPJS Kesehatan bisa terbantu dan semua itu berkat gotong royong dari iuran semua peserta yang ada.

Kini yang bisa ia lakukan adalah berupaya menjaga pola hidup sehat dan jangan sampai terlambat melaksanakan cuci darah setiap Rabu dan Sabtu. "Saya mengucapkan terima kasih kepada peserta lain yang mungkin belum pernah mengunakannya, ini bentuk solidaritas kemanusiaan," ujarnya.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand) Padang Fitrisia Amelin  menilai peluang terjadinya gagal ginjal pada usia dini tetap terbuka disebabkan oleh penyakit bawaan sejak lahir. "Misalnya ada infeksi kantong kemih karena sering menahan kencing, gangguan sejak lahir atau dapat juga karena kurang minum," ujarnya.

Ia menyampaikan gagal ginjal tidak hanya dapat menimpa orang dewasa dan jika gaya hidup tidak sehat dapat saja menimpa anak hingga remaja. Selain itu penggunaan obat tertentu juga dapat membahayakan ginjal termasuk obat herbal jika dosisnya berlebihan. Oleh sebab itu ia berpesan agar para orang tua memastikan anaknya cukup asupan minuman dan gizi.

Merintis Usaha

Usai didiagnosis gagal ginjal dan harus cuci darah dua kali sepekan Handikha memutuskan kembali ke Padang dan pada awalnya sempat bekerja di bengkel.

Namun karena bekerja dengan orang lain dan kondisi fisiknya tidak sekuat dulu membuat ia terkendala untuk bisa bekerja maksimal.

Akhirnya ia pun memutuskan merintis usaha akuarium yang diberi nama Queen Betta Padang. Berkat salah seorang guru yang mengajari cara membuat akuarium kini usahanya sudah dikenal luas dan kerap menerima berbagai pesanan hingga luar Padang.

"Kalau bekerja dengan orang capek tidak bisa istirahat, kalau usaha sendiri bisa ditinggal tidur," kata Handikha.

Sebelum pandemi, setiap pekan ia selalu mendapatkan pesanan pembuatan akuarium namun setelah Covid-19 usahanya pun terdampak karena sepi pesanan.

Ia pun menjajakan akuariumnya lewat media sosial instagram hingga Facebook dengan akun Queen Betta Padang.

Meski di usia terbilang muda didiagnosis gagal ginjal dan menjalani cuci darah dua kali sepekan, semangatnya menjalani hidup tetap membara dan optimistis bersama sang bunda tercinta yang setia menemani.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement