REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Sejak 1973, Abu Dhabi hanya memiliki satu hotel bintang lima internasional. Kehadiran hotel Sheraton yang sangat besar terjadi di Abu Dhabi. Hotel ini juga bergabung dengan Le Meridien, yang menjadi rantai utama ketiga di Ibu Kota negara Timur Tengah dan memiliki konsep unik nan mewah.
“Saat itu sedang terjadi perkembangan besar dalam industri minyak dan banyak orang yang datang,” ujar sejarawan Peter Hellyer, dilansir The National, Jumat (13/12).
Abu Dhabi mulai berjalan dan lebih banyak hotel harus dibuka di kota ini. Saat itu, media secara luas melaporkan konstruski Sheraton berjudul ‘mencium unta di Sheraton’.
Mantan menteri Informasi dan Kebudayaan Abu Dhabi, Sheikh Ahmed Al Hamed, meresmikan Sheraton pada 10 Desember 1979. Pembangunan hotel ini memakan waktu dua tahun, dengan lebih dari 200 kamar tersedia, serta memiliki 400 staf dan manajer, hingga ada 12 musisi dan penyanyi dari Filipina.
Hotel ini memiliki kedai kopi, arena bowling, dan lounge minuman. Harga yang ditawarkan untuk menginap per malamnya di Sheraton adalah mulai dari Dh350 hingga Dh1.500 untuk kamar kelas presidential suite.
Sheraton Abu Dhabi dibangun dalam gaya moderen, yang menggunakan beton. Pada masa itu, hotel ini berdiri tepat di pantai, dekat dengan tempat di mana adanya hotel pertama kota itu pernah berdiri bernama Beach Hotel.
Satu grup Facebook populer memperlihatkan sejumlah foto bernuansa sepia dari Sheraton, bersama dengan gambar-gambar pesta yang memudar di masa lalu. Anggota staf hotel yang sudah lama menjadi karyawan juga setuju bahwa sejarah itu penting.
"Anda merasa bangga ketika tamu saat ini berbicara tentang pengalaman menginap di sini 25 tahun yang lalu," kata Hussein Tailoun, salah satu karyawan Sheraton Abu Dhabi.
Tailoun juga mengatakan ia memiliki foto dari mantan presiden Sheikh Zayed saat berada di Sheraton. Ia merasa bangga bekerja di salah satu hotel paling terkenal di Abu Dhabi
Meski renovasi yang rencananya dilakukan besar-besaran, pemilik Sheraton telah mengkonfirmasi bahwa hal ini dilakukan dengan tetap mempertahankan dan menghormati sejarah bangunan. Selain itu, renovasi dipastikan tidak akan melibatkan perubahan pada bangunan utama yang dikagumi banyak orang.
"Meskipun ada beberapa kendala dalam memiliki bangunan warisan, kami tetap sangat positif dan sangat senang untuk terus merawat hotel warisan ini,” kata Khalid Anib, kepala eksekutif Hotel Nasional Abu Dhabi.
Sheraton Abu Dhabi tidak lagi berada di pantai karena reklamasi lahan. Namun hotel yang memiliki bangunan berwarna seperti pasir kuning itu tetap menjadi pengingat yang mencolok akan ambisi awal ibukota dan seberapa jauh telah datang memberikan pengaruh luas.