Jumat 22 Nov 2019 09:02 WIB

The Kuo Tie Legend Masuk Mal Agar Dikenal Milenial

The Kuo Tie Legend berdiri di daerah Pancoran, Jakarta Selatan sejak 1968.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Indira Rezkisari
Kuo tie, salah satu kuliner China yang dijajakan The Kuo Tie Legend sejak tahun 1968.
Foto: dok Lima Lima MTA
Kuo tie, salah satu kuliner China yang dijajakan The Kuo Tie Legend sejak tahun 1968.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pusat perbelanjaan Mal Taman Anggrek menghadirkan beragam makanan khas kaki lima di area kuliner Lima-Lima. Beragam makanan khas legendaris kaki lima hadir di Lima-Lima, seperti Otak-otak Binatu AN, Pempek Bunga Mas, Mie Kangkung & Siomay Jangkung, Nasi Campur Putra Kenanga, Ketoepat Gloria Ny. Kartika Tjandra, The Kuo Tie Legend, Gado-gado Petojo, dan masih banyak lagi.

Pengelola The Kuo Tie Legend, Egi berharap The Kuo Tie Legend bisa mebih dikenal generasi milenial melalui area kuliner Lima-Lima. “Kita terima kasih dengan konsep, ide menghadirkan kaki lima masuk ke mal, sehingga makanan ini makin dikenal luas,” kata Egi di Lima-Lima, Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat.

Egi menjelaskan The Kuo Tie Legend merupakan makanan sehari-hari masyarakat China. Jika di Indonesia populer dengan makan nasi, orang China biasa makan dengan Kuo Tie.

Generasi milenial lebih mengenal Kuo Tie sebagai gyoza. Perbedaan nama tersebut tidak membedakan isi dari makanan itu sendiri.

photo
Kuo tie, salah satu kuliner China yang dijajakan The Kuo Tie Legend sejak tahun 1968.

“Modifikasi saja. Makanan ini sudah dari zaman dulu di kaki lima,” ujar dia.

Dengan hadir di Lima-Lima, Egi ingin menyampaikan pesan bahwa sebeneranya makanan kaki lima itu sehat dan segar. Serupa dengan merek salah satu minuman kemasan, The Kuo Tie Legend mengusung tajuk, “Jika ingin mencoba sesuatu yang krispi, maka coba The Kuo Tie Legend.”

The Kuo Tie Legend berdiri di daerah Pancoran, Jakarta Selatan sejak 1968. Pemiliknya berasal dari Santong, China, dan memiliki delapan anak. Berkat didikan dan disiplin, kedelapan anak itu kompak terlibat dalam pembagian kerja, seperti, menjadi kasir, aduk adonan, melayani pelanggan.

Semua anak tersebut sangat tahu cita rasa makanan dan menu adonan dari pendiri The Kuo Tie Legend asli. Dua dari delapan anak tersebut berhasil mempertahankan bisnis The Kuo Tie Legend, hingga menjadi beberapa cabang.

Bahkan, mereka berani mengembangkan menu lain agar bisa dinikmati semua kalangan. Egi mengatakan tidak mudah mempertahankan kedainya. Namun, dia dan keluarga tak pernah menyerah memasyarakatkan The Kuo Tie Legend.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement