Kamis 02 May 2019 13:45 WIB

Konsumsi Protein Shake Berlebih Picu Obesitas

Studi temukan konsumsi protein shake di tikus membuatnya lebih banyak makan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Indira Rezkisari
Protein Shake.
Foto: Flickr
Protein Shake.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para atlet atau pecinta olahraga tentu pernah mengonsumi protein shake untuk membantu pembentukan massa otot. Namun jangan mengonsumsi protein shake secara berlebih, alih-alih ingin mendapat tubuh idaman malah bisa meningkatkan risiko obesitas dan mengurangi masa hidup.

Hal itu mengacu pada penelitian dari Universitas Charles Sydney Pusat Perkins yang diterbitkan dalam jurnal Nature Metabolism. Para peneliti melakukan penyelidikan untuk menentukan dampak konsumsi berlebihan asam amino rantai cabang (BCAA) terhadap tubuh.

Baca Juga

Suplemen BCAA sering dikonsumsi dalam bentuk serbuk, yang kemudian dilarutkan ke dalam air untuk dijadikan shake. Penelitian ini menemukan bahwa selain BCAA membantu membangun otot, suplemen itu juga dapat berdampak negatif terhadap tempramen seseorang. Misalnya menyebabkan kenaikan berat badan dan menyebabkan umur yang lebih pendek.

Untuk penelitian, para peneliti menguji efek dari BCAA dan asam amino esensial lainnya pada tubuh tikus. Tikus-tikus diberi makan dua kali lipat dengan asupan suplemen BCAA sepanjang hidup tikus.

Para ilmuwan menemukan bahwa tikus yang asupan BCAA-nya meningkat akan mengonsumsi lebih banyak makanan, yang pada gilirannya menyebabkan obesitas dan umur yang lebih pendek.

"Diet tinggi protein dan rendah karbohidrat terbukti bermanfaat untuk fungsi reproduksi, tapi itu merugikan bagi kesehatan di pertengahan kehidupan dan juga menyebabkan masa hidup lebih pendek," kata penulis penelitian Dr Samantha Solon-Biet seperti dikutip dari Independent, Rabu (2/5).

Sementara Prof Stephen Simpson, direktur akademik Charles Perkins Centre di University of Sydney mengatakan, konsumsi suplemen BCAA yang berlebih dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mencapai tidur malam yang nyenyak. Karena suplementasi BCAA menghasilkan kadar BCAA yang tinggi dalam darah, dan menekan produksi tryptofan. Tryptophan adalah satu-satunya prekursor untuk hormon serotonin (hormon kebahagiaan) yang meningkatkan suasana hati dan kualitas tidur.

"Penurunan kadar serotonin di otak mengarah pada sinyal kuat untuk meningkatkan nafsu makan," kata Simpson. "Penurunan serotonin yang disebabkan oleh kelebihan asupan BCAA menyebabkan makan berlebihan pada tikus kami, yang menjadi sangat gemuk dan hidup lebih pendek," tambah salah seorang akademisi.

Dr Rosilene Ribeiro, ahli gizi yang memenuhi syarat dan ahli gizi kesehatan masyarakat dari University of Sydney, menguraikan pentingnya mengonsumsi protein dari berbagai sumber yang berbeda, seperti ayam, ikan, telur, kacang, lentil, dan kacang-kacangan. "Sangat penting untuk memvariasikan sumber protein untuk mendapatkan berbagai asam amino esensial, melalui diet sehat dan seimbang yang kaya serat, vitamin, dan mineral," kata Dr Ribeiro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement