Kamis 04 Apr 2019 10:08 WIB

Skrining Autisme Bisa Dimulai Sejak Usia 16 Bulan

Skrining dapat dilakukan sejak anak berusia 16 hingga 24 bulan

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Christiyaningsih
Balita mengedot (ilustrasi)
Foto: cbsnews.com
Balita mengedot (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang bocah laki-laki dari Amerika Serikat, Tanner Troy, yang berusia lima tahun mengalami tumbuh kembang yang tidak optimal ketika masih balita. Menurut sang ibu, Tianna Canady, ketika balita Tanner hanya bisa mengoceh namun kata-kata yang diucapkan tidak jelas.

Kala itu, dokter yang menangani Tanner menyarankan agar tumbuh kembangnya dievaluasi. Setelah diperiksa lebih lanjut, Tanner didiagnosis menderita autisme pada usia 2,5 tahun.

Baca Juga

Pascadiagnosis, Tanner memulai program intervensi dini. Ibunya percaya itu telah membuat keadaan Tanner menjadi lebih baik. "Dia lebih sosial. Dia mampu melakukan banyak hal sendiri. Jika dia tidak diberi intervensi saat ini mungkin tidak bisa berkata apa-apa," kata Canady seperti dikutip dari CBS News, Kamis (4/4).

Organisasi advokasi yang berbasis di Amerika Serikat yaitu Autism Speaks kini juga mengampanyekan agar orang tua melakukan skrining atau pemeriksaan dini autisme. Menurut organisasi tersebut, skrining dapat dilakukan sejak anak berusia 16 bulan hingga 24 bulan.

"Autisme dapat didiagnosis sejak 2 tahun, namun di Amerika Serikat, usia rata-rata diagnosis adalah 5 tahun," kata Lisa Goring, Kepala Inisiatif Strategis dan Pejabat Inovasi di Autism Speaks.

Goring berharap proses skrining untuk autisme mampu mengoptimalkan program intervensi sejak dini oleh orang tua. Dengan skrining dini maka anak yang terdiagnosis autis bisa tumbuh dengan lebih optimal.

"Kami ingin memastikan bahwa orang tua diberdayakan dengan informasi yang cukup sehingga semua anak di-skrining, dan jika perlu dapatkan diagnosis dan diberi dukungan yang mungkin mereka butuhkan," kata Goring.

Tanda-tanda autisme pada anak kecil antara lain kehilangan kemampuan berbicara, mengoceh, menghindari kontak mata, senantiasa menyendiri, dan kesulitan memahami perasaan orang lain. Perkembangan bahasa anak autis juga lambat, resisten terhadap perubahan kecil dalam rutinitas atau lingkungan sekitar, serta minat yang sangat terbatas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement