REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ratu Elizabeth Kerajaan Inggris memberikan gelar Dutch dan Duchess of Sussex, Earl and Countess of Dumbarton, dan Baron and Baroness Kilkeel saat Pangeran Harry dan Meghan Markle menikah. Setelah itu, muncul isu bahwa jika Meghan Markle melahirkan anak perempuan, maka anak tersebut tidak akan mewarisi gelar bangsawan seperti laki-laki.
Hal itu berkaitan dengan aturan gelar yang diberikan pada Pangeran Harry dan Meghan Markle hanya bisa diwariskan ke anak laki-laki mereka. Aturan kebangsawanan Inggris yang ketat menyebut bahwa hanya kerabat laki-laki yang bisa mewarisi gelar.
Kini tersiar kabar jika Meghan, mantan artis asal Amerika yang dikenal sebagai aktivis kesetaraan gender itu akan memperjuangkan hak tersebut. Meghan diperkirakan akan menempatkan hak-hak perempuan menjadi prioritas sebagai anggota keluarga kerajaan Inggris.
Namun, kerajaan membantah kabar bahwa Duke dan Duchess of Sussex akan membesarkan anak mereka sebagai dengan pendekatan gender yang netral. Sebelumnya beredar kabar jika Meghan telah menyampaikan rencananya kepada teman-teman dekatnya bahwa ia ingin "menghindari stereotip gender" dan pendekatan pengasuhan anak dari perspektif gender yang netral.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan baru-baru ini menyebutkan bahwa Meghan telah berbicara dengan beberapa temannya tentang kelahiran dan bagaimana dia dan Harry berencana untuk membesarkan bayi mereka. Kalimat Meghan berkaitan dengan membesarkan anak dengan pendekatan gender fluid.
"Dia (Meghan) mengatakan bahwa mereka berencana untuk membesarkan anak mereka dengan pendekatan yang lancar terhadap gender dan mereka tidak akan memaksakan stereotip apa pun," tulis laporan itu.
Namun istana kemudian merilis pernyataan jika laporan itu "sepenuhnya salah". Sementara itu, tokoh Hollywood Kate Hudson menyoroti konsep pengasuhan gender yang netral setelah menerima beberapa pertanyaan terkait pendekatan dalam membesarkan putrinya, Rani Rose.
Perempuan berusia 39 tahun itu kemudian mengunggah pernyataan di akun Instagram nya. “Baru-baru ini seseorang menanyakan sesuatu kepada saya, apakah memiliki dan membesarkan seorang gadis berbeda dengan anak laki-laki? Respons saya sederhana. Tidak juga. Saya membesarkan anak perempuan saya menjadi 'tanpa gender' itu konyol dan terus terang bahkan tidak masuk akal," kata dia.
Ibu tiga anak ini kemudian menjelaskan bahwa ucapannya tentang “pendekatan tanpa gender” adalah “cara memfokuskan kembali pembicaraan ke arah yang ada di luar stereotip wanita”. "Rasanya agak kuno bagi saya. Tidak semua gadis ingin menjadi putri, beberapa ingin menjadi raja. Dan itu tidak masalah bagi saya," ungkapnya, dilansir dari Independent, Senin (4/3).