REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa yang tidak gemas ketika berjerawat? Ketika tumbuh jerawat di area tubuh, terutama bagian muka, seketika tangan tidak sabar untuk terus menyentuh bahkan ingin segera meremasnya.
Kegiatan meremas jerawat ini sesungguhnya berbahaya, dan itu sudah menjadi pengetahuan umum. Namun, kebanyakan orang seakan tidak peduli, dan tetap tergoda untuk melakukan kegiatan berbahaya tersebut.
"Ada sekelompok orang, dan saya adalah salah satu dari mereka, yang adalah pemetik dan goresan," ujar profesor dan direktur Kelompok Kesehatan Lingkungan di London School of Hygiene and Tropical Medicine Val Curtis, dikutip dari Time, Ahad (25/11).
Curtis menjelaskan, ada orang-orang yang memang memiliki sifat sensitif terhadap permukaan kotor, termasuk pada daerah muka. Mereka merasa jijik dan ingin melakukan sesuatu agar hal yang tidak disukainya itu menghilang secepatnya. Kondisi jijik ini yang mendasari yang membuat para “pemetik” ingin mencabut jerawat.
Di samping senang memencet jerawat, banyak orang juga gemar melihat video kegiatan serupa. Bahkan, salah satu dokter kulit, Dr. Sandra Lee telah membuat karier media sosial dari obsesi tersebut.
Dokter kulit yang mendapatkan julukan “Dr. Pimple Popper” ini memperlihatkan kegiatan hariannya menghilangkan komedo, komedo putih, dan kista melalui sebuah video. Dia mengunggah gambaran itu ke YouTube dan mendapatkan penonton hingga jutaan penggguna. Bahkan, berkat video-video itu, tahun ini, dia mendapat acara TV sendiri di TLC.
Profesor filsafat di Universitas di Buffalo Carolyn Korsmeyer menjelaskan, manusia tertarik dengan berbagai macam pengalaman yang mempromosikan reaksi emosional atau fisik yang tidak menyenangkan. Lagu sedih, opera tragis, dan film horor adalah contoh dari hal-hal yang disukai banyak orang meskipun mereka memicu perasaan "permusuhan".
Beberapa penelitiannya tentang ini dan bentuk-bentuk lain menunjukkan, manusia tertarik pada berbagai macam kegiatan yang menghasilkan emosi atau reaksi yang tidak diinginkan, termasuk kejijikan. Dalam banyak kasus, orang suka mendorong batas-batas reaksi negatif mereka.
"Tubuh manusia penuh dengan material yang memberontak, biasanya dengan aman tersembunyi di balik kulit. Namun, ketika pus mengeluarkan jerawat, kita dapat melihat sekilas hal-hal buruk yang terjadi di dalam diri kita," ujar Korsmeyer.