Selasa 20 Nov 2018 15:50 WIB

Obat Bantu Penumpang Atasi Fobia Naik Pesawat

Gangguan aerophobia menyerang secara psikis dan fisik.

Pesawat bersiap lepas landas membawa penumpang yang hendak bepergian.
Foto: Pixabay
Pesawat bersiap lepas landas membawa penumpang yang hendak bepergian.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Terbang dengan pesawat bukan hal mudah bagi sebagian orang. Meski tak ubahnya naik moda transportasi lain, di beberapa orang ada ketakutan besar yang membuat mereka resah saat harus terbang.

Psikolog Nena Mawar Sari, SPsi, Psikolog Cht, menyatakan upaya mengonsumsi obat yang telah diresepkan oleh dokter spesialis dan terapi psikis akan dapat membantu seseorang yang mengalami aerophobia (takut naik pesawat). "Pada era modern seperti saat ini, bepergian keluar kota atau ke negara lain dengan menggunakan trasportasi pesawat untuk urusan pekerjaan maupun liburan tidak dapat dihindari," kata Nena, psikolog Klinis RSUD Wangaya Denpasar, beberapa waktu lalu.

Kebutuhan agar cepat sampai di tempat tujuan, kenyamanan selama perjalanan merupakan pertimbangan seseorang memilih pesawat sebagai pilihan transportasi, tambah dia. Namun, tidak semua orang nyaman secara mental untuk naik pesawat.

Merasa cemas berlebih, berpikir negatif serta reaksi panik merupakan ciri-ciri hambatan secara psikis. Sedangkan berkeringat dingin, mual muntah, pusing, keluar keringat dingin dan sesak napas merupakan ciri-ciri gangguan fisik yang dialami seseorang dengan aerophobia.

Aerophobia merupakan ketakutan untuk naik transportasi udara, baik dengan pesawat, helikopter, balon udara atau transportasi udara lainnya. Bahkan pada beberapa orang, aerophobia disertai juga dengan phobia lain, misal claustrophobia (ketakutan pada ruang sempit dan tertutup) atau acrophobia (ketakutan pada ruang lapang dan terbuka), katanya.

Menurut Psikolog Klinis yang juga praktek di RS Balimed Denpasar itu, setiap orang memiliki tingkat ketakutan naik pesawat yang berbeda. Ada yang sekadar takut dan cemas saja, ada juga yang menjadi masalah serius sampai menimbulkan kepanikan dan trauma, bahkan menghindari keharusan terbang dengan pesawat.

"Aerophobia memiliki beberapa gejala yang dapat dikenali. Gejala tersebut antara lain berkeringat, gelisah, meningkatnya denyut jantung, mual, muntah serta mengalami gangguan pencernaan seperti mulas. Untuk gejala psikis yang dapat muncul, seperti takut mati, tidak dapat berpikir jernih, dis-orientasi, linglung dan gugup," katanya.

Tentang penyebab seseorang dapat mengalami aerophobia, ia mengatakan seseorang yang mengalami aerophobia biasanya mengalami trauma mendalam yang terjadi sebelumnya. Turbulensi (guncangan) yang cukup keras sehingga menimbulkan ketakutan juga dapat menjadi sebab seseorang menjadi trauma.

Bahkan dengan menyimak berita tentang kecelakaan pesawat atau menonton adegan film yang menayangkan pesawat jatuh dapat menjadi salah satu penyebab seseorang menjadi aerophobia jika seseorang tersebut memiliki perasaan yang sangat sensitif. "Untuk mengurangi aerophobia, bila sudah taraf yang berat, maka upaya mengonsumsi obat yang telah diresepkan oleh dokter spesialis kesehatan jiwa dapat membantu seseorang yang mengalami aerophobia," katanya.

Selain itu membicarakan ketakutan dan menjalani sesi terapi kepada seorang psikolog klinis juga dapat mengurangi ketakutan akan terbang dengan pesawat. Biasanya, seorang psikolog klinis akan melakukan sesi terapi, konseling dan hipnoterapi jika dibutuhkan.

"Exposure therapy juga dianjurkan untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan dengan jalan membiasakan atau menciptakan suasana terbang naik pesawat sesering mungkin. Mengatur napas dan mengarahkan pikiran agar relaks serta mengalihkan pikiran negatif dengan membaca buku, mengobrol topik yang ringan serta mendengarkan musik favorit adalah hal hal yang dapat dilakukan selama perjalanan," katanya.

Ia menambahkan jangan menjadikan ketakutan yang mendalam sebagai penghambat dalam melakukan perjalanan dengan pesawat. Apalagi, pesawat merupakan moda transportasi dengan tingkat keamanan paling tinggi dibandingkan dengan moda transportasi lain, karena di udara sudah nihil alternatif.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement