Jumat 16 Nov 2018 14:25 WIB

Ini Bukti Kalau Vaping Sama Berbahaya dengan Rokok

Beberapa bahan perasa rokok elektronik diketahui berpengaruh buruk bagi tubuh

Rep: Santi Sopia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kenaikan Cukai Vape. Aneka varian cairan rokok elektrik (vape) di Jakarta, Senin (29/1).
Foto:
Vape (ilustrasi)

Para peneliti pun menyimpulkan bahwa jumlah yang signifikan sedang ditahan di saluran pernapasan pengguna. Dalam beberapa kasus, paparan formaldehida sebanding dengan rokok tradisional.

"Tidak dapat diterima bahwa pengguna e-rokok diberi tahu oleh industri rokok bahwa produknya aman dan pada saat yang sama mereka menghirup bahan kimia beracun ini," tulis laporan peneliti.

Menurut peneliti, fakta ini menunjukkan bahwa industri tembakau tidak berubah sama sekali. Diacetyl, komponen untuk rasa mentega dan krim dalam jus e-cig, telah menyebabkan pekerja pabrik pembuatan popcorn microwave di AS menjadi sakit dan tewas.

Peneliti mengetahui bahwa bahan kimia di dalamnya berbahaya. Mungkin yang paling membingungkan adalah tentang respons lambat FDA terhadap banyaknya penelitian tentang efek merusak dari perasa e-cair ini.

“Beberapa perasa ini memiliki rekam jejak yang sangat buruk,” kata Dr. Jacqueline Moline, wakil presiden, kedokteran kerja, epidemiologi, dan pencegahan, Kesehatan Northwell, Manhasset, New York.

Penelitian telah menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir efek beracun dari cinnamaldehyde, vanillin, dan diacetyl pada paru-paru ketika diuapkan dalam e-rokok. Tetapi bahan kimia ini akan diteliti lebih jauh oleh badan pengatur Keselamatan dan Kesehatan Administrasi (OSHA) dan Lembaga Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NIOSH).

OSHA sebenarnya sudah menemukan jika vanillin dan cinnamaldehyde teridentifikasi bisa merusak mata, kulit, dan membuat iritasi pada pernafasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement