Selasa 31 Jul 2018 05:16 WIB

Wanita Rentan Diabetes Bila Bekerja Lebih Lama

Kaum wanita diketahui memiliki jam kerja panjang di kantor dan rumah.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Indira Rezkisari
Pria melakukan pengetesan kadar gula darah atau diabetes.
Foto: EPA
Pria melakukan pengetesan kadar gula darah atau diabetes.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah penelitian dari Kanada menunjukkan wanita yang bekerja 45 jam atau lebih pada setiap pekan, lebih mungkin dapat mengembangkan penyakit diabetes. Penelitian ini melibatkan sebanyak 7.065 pekerja berusia 35 tahun atau lebih di Ontario, Kanada.

Dilansir di Reuters, para pekerja itu telah bekerja lebih dari 12 tahun. Tak satu pun dari mereka yang menderita diabetes pada awal penelitian atau selama dua tahun pertama masa tindak lanjut. Hasilnya, sekitar delapan persen wanita dan 12 persen pria mengalami diabetes pada akhir masa studi.

Penulis utama studi ini, yang juga seorang peneliti di Institute for Work & Health of Toronto, Mahee Gilbert-Ouimet, mengatakan jam kerja tampaknya tidak mempengaruhi risiko diabetes untuk pria. Tetapi pada wanita yang bekerja setidaknya 45 jam dalam sepekan, ditemukan sebanyak 63 persen lebih mungkin untuk terkena diabetes, daripada wanita yang bekerja 35 sampai 40 jam setiap minggu.

“Studi kami tidak memungkinkan kami untuk menjelaskan perbedaan gender. Namun, masuk akal bahwa perempuan bekerja lebih lama, ketika semua pekerjaan rumah tangga dan tanggung jawab keluarga diperhitungkan," kata Gilbert-Ouimet.

Dia melanjutkan, pada pria yang melakukan jam kerja panjang, cenderung memiliki pekerjaan yang lebih aktif secara fisik daripada wanita. Sehingga pria mendapatkan rasa identitas yang penting melalui pekerjaan dan lebih mungkin untuk memiliki pekerjaan yang sangat terampil, juga dibayar dengan baik.

Faktor jam bekerja lebih banyak di tempat kerja dan di rumah mungkin membuat wanita lebih rentan terhadap stres kronik. Selain itu, para peneliti mencatat dalam BMJ Open Diabetes Research & Care, peradangan dan perubahan hormonal yang berpotensi berkontribusi terhadap diabetes.

Di seluruh dunia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hampir satu dari 10 orang dewasa menderita diabetes pada tahun 2014. Penyakit ini akan menjadi penyebab kematian ketujuh pada tahun 2030.

Baca juga: Mana yang Lebih Sehat, Teh Hitam Atau Kopi Hitam?

Sebagian besar orang, memiliki diabetes tipe 2. Diebetes tipe itu dikaitkan dengan obesitas dan penuaan dan terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan atau membuat cukup banyak hormon insulin untuk mengubah gula darah menjadi energi. Jika tidak diobati, diabetes dapat menyebabkan kerusakan saraf, amputasi, kebutaan, penyakit jantung dan stroke.

Rekomendasi dokter untuk penyakit diabetes adalah olahraga, penurunan berat badan, dan diet sehat. Semua upaya tersebut untuk mengontrol tekanan darah dan meminimalkan komplikasi penyakit lainnya.

Pengurangan stres juga disarankan oleh dokter. Sebab, bila penyakit diabetes disebabkan oleh pekerjaan atau bukan, stres juga dapat memperburuk diabetes.

Stres dapat secara langsung berkontribusi terhadap lonjakan gula darah. Atau, stres juga dapat mengarah ke kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat yang dapat menyebabkan komplikasi.

Sementara, seorang peneliti di University of California, San Francisco yang tidak terlibat dalam penelitian ini, Dr Rita Hamad, mengatakan, temuan ini menambah bukti yang mengikat, terkait jam kerja yang panjang untuk diabetes. "Orang yang bekerja dengan jam kerja yang lebih panjang mungkin memiliki sedikit waktu untuk mengurus diri mereka sendiri, dengan makan sehat dan berolahraga. Mereka mungkin juga lebih stres dan kurang tidur. Semua hal ini mungkin membuat seseorang lebih mungkin terkena diabetes,” kata Hamad.

Seorang peneliti di Universitas Kedokteran Carolina Selatan di Charleston yang betidak terlibat dalam penelitian, Daniel Lackland, juga mengatakan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan mengapa jam kerja yang panjang atau stres dapat menyebabkan diabetes.  Menurutnya, orang masih dapat membuat beberapa perubahan, untuk mencoba meminimalkan risiko dari masing-masing orang.

“Serangan kerja dan shift yang lebih pendek dapat dinilai atau dapat menjadi faktor. Istirahat berolahraga, atau melakukan banyak kegiatan di luar pekerjaan, atau keputusan gaya hidup lain seperti makan dengan baik atau menghindari merokok dapat berpotensi membantu,” kata Lackland.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement