Kamis 15 May 2025 17:15 WIB

Jago Digital, Karier Melesat! Link Women Siapin Pelatihan Gratis Buat Perempuan

Program ini meningkatkan pemahaman potensi dan tantangan AI di berbagai industri.

Wanita bekerja (ilustrasi). Keterbatasan akses terhadap pengembangan keterampilan, teknologi, dan jaringan profesional dianggap menjadi tantangan yang sering dihadapi perempuan di Indonesia.
Foto: Republika/Mardiah
Wanita bekerja (ilustrasi). Keterbatasan akses terhadap pengembangan keterampilan, teknologi, dan jaringan profesional dianggap menjadi tantangan yang sering dihadapi perempuan di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketidakseimbangan partisipasi angkatan kerja antara laki-laki dan perempuan dinilai masih menjadi tantangan global. Data dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) pada 2018 menunjukkan hanya enam perempuan yang bekerja untuk setiap sepuluh laki-laki.

Hingga saat ini, Indonesia masih terus menghadapi tantangan dalam mencapai kesetaraan gender di dunia kerja. Pada 2024, jumlah perempuan yang masuk ke dalam angkatan kerja hanya mencapai 56,4 persen, jauh lebih rendah dibanding laki-laki yang mencapai 84,7 persen. 

Baca Juga

Keterbatasan akses terhadap pengembangan keterampilan, teknologi, dan jaringan profesional dianggap menjadi tantangan yang sering dihadapi perempuan di Indonesia. “Diskriminasi dan norma-norma sosial seperti peran pengasuhan dan perawatan yang masih dibebankan kepada perempuan juga sering kali menghambat mereka untuk memasuki lapangan kerja formal,” kata UN Women Indonesia Representative & Liaison to ASEAN Ulziisuren Jamsran dalam webinar bertajuk “A Guide to Thriving as Women in the Career World” pada Kamis (15/5/2025).

Kondisi ini juga mempersulit perempuan yang mengambil jeda karier karena menikah dan melahirkan. Menurut Australia-Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG), 1,7 juta perempuan berusia 20-24 tahun telah keluar dari pekerjaannya karena mengalami transisi kehidupan tersebut.

Di sisi lain, survei dari IBCWE pada 2023 memberikan secercah harapan, di mana 98,5 persen dari 200 perempuan yang sedang menjalani cuti karier menyatakan keinginan kuat untuk kembali bekerja. Hal ini mengindikasikan adanya aspirasi dan potensi besar yang belum sepenuhnya terealisasi di kalangan perempuan untuk berkontribusi aktif dalam dunia profesional.

Ulziisuren mengatakan, untuk menyikapi kondisi ini, inisiatif Link Women hadir sebagai respons proaktif untuk menjembatani kesenjangan dan memberdayakan perempuan melalui jalur peningkatan keterampilan digital dan perluasan jaringan profesional. Link Women merupakan sebuah kolaborasi strategis antara UN Women dan LinkedIn, dengan dukungan dari Markoding.

“Ini merupakan program yang dirancang khusus untuk memberikan kesempatan berharga kepada perempuan,” kata dia.

Program yang dibuka pada Mei 2025 ini menawarkan pelatihan daring komprehensif yang mencakup berbagai aspek krusial dalam dunia kerja modern. “Peserta akan dibekali dengan pengetahuan mendasar dan praktik terbaik dalam pemasaran digital, pemahaman tentang kecerdasan buatan (AI), serta implikasinya di dunia kerja, kesadaran akan isu kesetaraan dan bias gender, pengembangan keterampilan interpersonal yang esensial, hingga strategi untuk meningkatkan kesiapan karier secara keseluruhan,” ujarnya.

“Di tengah besarnya pengaruh teknologi digital terhadap dunia kerja saat ini dan di masa depan, meningkatkan partisipasi perempuan di sektor ketenagakerjaan berarti memastikan pemberdayaan perempuan dengan literasi teknologi dan soft skill, seperti kepemimpinan yang adaptif, sehingga mereka dapat bersaing di dunia kerja,” kata Ulziisuren.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement