Jumat 06 Apr 2018 15:27 WIB

Merari dan Tikar Pandan Syarat Nikah Pria Suku Sasak

Bagi gadis Sasak memiliki lebih dari satu kekasih sangatlah wajar.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Indira Rezkisari
Perempuan Sasak menenun.
Foto: Republika/Christiyaningsih
Perempuan Sasak menenun.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TENGAH -- Mengupas budaya Tanah Air memang tidak ada habisnya termasuk budaya pernikahan. Di Dusun Sade yang terletak di Lombok Tengah, Suku Sasak termasuk golongan yang masih memegang erat tradisi pernikahan warisan leluhur.

Mungkin sudah banyak yang tahu bila perempuan Suku Sasak dipandang belum layak menikah bila belum mahir menenun. Namun syarat pernikahan ternyata tidak hanya berlaku bagi kaum hawa. Para lelaki Suku Sasak juga punya kewajiban yang harus dipenuhi bila mereka ingin membina rumah tangga dengan gadis pujaannya.

Bagiawan, warga Dusun Sade yang sekaligus menjadi pemandu wisata di kampung ini menjelaskan tahapan yang harus dilalui seorang laki-laki hingga bisa duduk di pelaminan. Melepas status lajang bagi lelaki Sasak tidaklah mudah. Seorang laki-laki harus bersaing dengan tiga hingga empat orang lainnya untuk memperoleh cinta seorang wanita.

"Dalam Suku Sasak sudah biasa seorang wanita punya tiga hingga lima kekasih. Para laki-laki juga tidak cemburu, mereka berusaha agar dipilih oleh sang gadis," ungkap Bagiawan.

Bila sang gadis sudah dianggap layak menikah, maka ia akan mengumpulkan semua kekasihnya di rumah dan menentukan pilihan. Di Dusun Sade, pernikahan usia muda lumrah terjadi karena gadis yang menginjak usia 14 tahun dianggap sudah layak berumah tangga.

Setelah keduanya merasa cocok, maka dilakukanlah merari. Merari adalah tradisi di mana laki-laki menculik calon istrinya dari rumah kedua orang tuanya.Dalam pandangan masyarakat Sasak, meminta anak gadis secara baik-baik justru dianggap melecehkan. "Jika diminta baik-baik keluarga perempuan akan merasa terhina karena anaknya dianggap sebagai barang," jelas Bagiawan.

Setelah sederet 'drama' tersebut, calon mempelai laki-laki juga tidak bisa serta merta menikahi kekasihnya. Sebelum menikah, lelaki Sasak harus menganyam dua lembar tikar pandan terlebih dahulu. Tikar tersebut nantinya akan digunakan sebagai alas tidur saat berbulan madu. "Pengantin baru tidak tidur di atas kasur. Mereka tidur beralas tikar pandan yang sudah dianyam mempelai laki-laki," terang Bagiawan.

Uniknya, bulan madu pengantin baru Suku Sasak tidak perlu jauh-jauh keluar kampung. Mereka umumnya menghabiskan bulan madu di sebuah rumah kecil yang terletak di tengah kampung bernama Bale Kodong. Di sana, pengantin baru akan menghabiskan waktu berdua saja selama tiga hari tiga malam.

"Berbulan madu di Bale Kodong gratis, tidak perlu mengeluarkan biaya," imbuh Bagiawan. Menurutnya tradisi tersebut masih dipegang teguh oleh warga sejak Dusun Sade berdiri pada 1079 Masehi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement