Jumat 03 May 2024 00:14 WIB

Makanan Khas Korea, Gimbap, Apa Saja Titik Kritis Kehalalannya?

Gimbap memiliki titik kritis terkait kehalalan yang perlu diperhatikan umat Islam.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
Makanan khas Korea Selatan, gimbap (ilustrasi). Salah satu titik kritis terkait kehalalan gimbap adalah bahan tambahan yang digunakan.
Foto: Dok. Freepik
Makanan khas Korea Selatan, gimbap (ilustrasi). Salah satu titik kritis terkait kehalalan gimbap adalah bahan tambahan yang digunakan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Makanan Korea seperti gimbap atau kimbab telah menjadi salah satu pilihan kuliner yang populer di kalangan umat Islam, termasuk di Indonesia. Gimbap, yang mirip dengan sushi, terdiri atas nasi yang dicampur dengan berbagai macam sayuran, telur, daging, yang digulung dalam lembaran rumput laut

Namun, meskipun terlihat aman untuk dikonsumsi Muslim, gimbap juga memiliki titik kritis terkait kehalalannya. Meskipun tidak menggunakan daging babi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait kehalalan gimbap, terutama jika dibeli di Korea.

Baca Juga

“Alhamdulillah ada jenis masakan yang ternyata halal. Tetap dengan asumsi apabila berbahan hewani, maka tetap proses penyembelihannya juga harus sesuai syariat,” tulis akun Instagram Halal Corner.

Dilansir Instagram dan Facebook Halal Corner, salah satu titik kritis terkait kehalalan gimbap adalah bahan tambahan yang digunakan, terutama pada nori atau rumput laut yang digunakan untuk menggulung gimbap. Sebagian nori mungkin mengandung bahan tambahan, seperti kecap asin, mirin (arak masak), flavor, dan minyak.

Di antara bahan tambahan tersebut, mirin termasuk bahan yang diharamkan dalam Islam. Sedangkan, untuk kecap asin, flavor, dan minyak, kehalalannya harus dipastikan terlebih dahulu.

Karena itu, konsumen Muslim disarankan berhati-hati dan memastikan nori yang digunakan dalam gimbap adalah halal dan tidak mengandung bahan tambahan yang tidak sesuai prinsip-prinsip agama Islam. Meskipun gimbap merupakan salah satu jenis makanan Korea yang relatif aman bagi Muslim, tetap diperlukan kehati-hatian dalam memilih bahan dan memastikan kehalalannya, terutama pada bahan tambahan seperti nori.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement