Ahad 02 Feb 2014 15:24 WIB

Singgah di Dusun Obat

Dusun Sade
Foto: Republika/Friska Yolandha
Dusun Sade

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Friska Yolandha

Belum ke Lombok bila melewatkan Dusun Sade, sebuah dusun yang terletak di Lombok tengah, 30 kilometer dari Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Lokasinya persis di pinggir jalan Praya-Kuta. Tidak akan terlalu sulit menemukan lokasinya karena sebuah papan petunjuk cukup besar akan memberikan sinyal wisatawan untuk berhenti.

Sade berasal dari bahasa lokal yang artinya obat. Sebelum menjadi perkampungan penduduk, Dusun Sade adalah sebuah bukit tempat masyarakat Sasak berobat."Dulunya Sade adalah perbukitan yang dikeramatkan masyarakat setempat," kata Wiredane (23 tahun), pemandu wisata sekaligus penduduk Sade.

Sade merupakan dusun tertua di Lombok Tengah. Wire mengata - kan, sudah 17 generasi menghuni Dusun Sade. Sekarang desa ini memiliki 150 kepala keluarga yang terdiri atas 750 penduduk.

Hampir seluruh penduduk Sade bermata pencaharian sebagai petani. Namun, karena petani di Sade bertani dengan sistem tadah hujan, mereka hanya panen satu kali setahun. Untuk mencukupi pasokan beras, petani Sade membangun lumbung penyimpanan padi. Lumbung padi masyarakat Sade mirip dengan lumbung padi masyarakat Sasak pada umumnya.

Satu lumbung padi mencukupi kebutuhan empat hingga lima keluarga. Masyarakat Sade tidak men jual hasil taninya ke luar karena seluruhnya dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari sampai masa panen selanjutnya. Bagi masyarakat Sade, hanya laki-laki yang boleh naik ke lumbung. "Ada mitos perempuan yang naik ke lumbung akan mandul," kata Wire.

Perempuan Sade umumnya tidak ikut bertani. Mereka biasanya menenun. Lombok memang ter kenal dengan tenun songket Sasak. Hampir seluruh perempuan Sade pandai menenun benang men jadi songket. Pekerjaan ini sudah ditekuni sejak usia tujuh tahun. Hasil tenunan kemudian dijual.

Perempuan Sade juga memiliki keahlian memintal benang sendiri untuk tenun. Dengan alat pintal sederhana yang terbuat dari kayu, perempuan Sade memenuhi kebutuhan tenunnya. Ada berbagai jenis hasil tenun perempuan Sade, yaitu syal, kain, sampai sarung. Harganya pun bervariasi bergantung benang yang dipakai dan kerumitan motif. Semakin rumit motifnya, semakin ma hal harganya. Selain tenun, perempuan Sade juga membuat kerajinan, seperti gelang.

Warga Sade masih mempertahankan bentuk rumah tradisional. Rumah yang disebut Bale Tani ini terbuat dari bambu dan kayu. Atapnya menggunakan daun alang- alang. Sebagai pondasi dan lantai rumah, masyarakat Sade memanfaatkan sampah tani alias jerami yang dicampur dengan tanah liat. Uniknya, lantai rumah masyarakat Sade dipel dengan kotoran sapi dicampur air. Selain sebuah ritual turun-temurun, mengepel dengan kotoran sapi dipercaya dapat mencegah kehadiran nyamuk di dalam rumah.

Namun, kegiatan ini tidak lagi dilakukan seluruh penduduk Sade. Sejak Islam masuk ke Lombok, masyarakat Sade mengurangi kegiatan itu karena dianggap najis. Rumah masyarakat Sade terdiri atas dua-tiga ruangan, ruang depan, tengah, dan satu kamar. Satu kamar ini ditempati oleh anak perempuan yang belum menikah. Kamar ini juga dipakai jika perempuan Sade melahirkan.Sedangkan, orang tua tidur di ruang depan.

Ruang belakang posisinya lebih tinggi dibandingkan ruang depan. Untuk mencapai ruang belakang, terdapat tiga tangga yang memiliki makna tiga tahapan kehidupan, yaitu lahir, berkembang, dan mati. Selain lumbung dan bale tani, Dusun Sade juga memiliki balai pertemuan. Balai ini menyerupai pendopo dan dipakai untuk musyawarah, menerima tamu, dan acara pernikahan.

Sebelum mengenal Islam, pen- duduk Sade menganut agama yang disebut Wetu Telu atau Waktu Tiga. Agama ini merupakan campuran dari Hindu, Buddha dan animisme. Saat ini, 100 persen penduduk Sade menganut agama Islam. "Penduduk Sade mulai menganut Islam sejak generasi ketujuh dan kedelapan," ujar Wire. ed:nina chairani

 

Informasi dan berita lainnya silakan dibaca di Republika, terimakasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement