Senin 05 Mar 2018 05:14 WIB

Tren Swafoto Sempurna Tingkatkan Jumlah Operasi Hidung

Hasil swafoto memperlihatkan porsi hidung yang lebih besar

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Hazliansyah
Berswafoto dengan kamera mirrorless
Foto: RepublikaTV/Fakhtar Khairon Lubis
Berswafoto dengan kamera mirrorless

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Selfie atau swafoto tidak menampilkan gambaran sebenarnya dari seseorang. Dilansir dari Metro, Ahad (4/3), hasil swafoto memperlihatkan porsi hidung yang lebih besar, sampai sekitar 30 persen dari ukuran asli. Dampaknya, terjadi peningkatan dramatis pada tren operasi hidung.

Dalam penelitian yang dilakukan British Association of Aesthetic Plastic Surgeons, pasien yang melakukan prosedur operasi hidung hanya karena ingin memperbaiki penampilan mereka di Facebook dan Twitter. Tren ini disebut dengan perfect selfie trend atau tren selfie sempurna.

Ahli bedah plastik Boris Paskhover mengatakan, tren selfie sempurna ditemukan pada empat dari 10 ahli bedah kosmetik. "Setidaknya di Amerika, tren operasi plastik dengan alasan ingin tampil sempurna di media sosial meningkat 10 persen tiap tahun," ujarnya.

Swafoto sendiri kini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dunia. Pada 2014 saja, setidaknya ada 93 miliar swafoto yang diambil melalui ponsel Android per harinya. Tidak hanya pada kalangan tertentu, swafoto merambah ke berbagai usia dan latar belakang.

Boris menambahkan, dari hasil studi, diketahui bahwa ketika diambil dari jarak 12 inci, swafoto meningkatkan ukuran hidung 30 persen pada laki-laki dan 29 persen pada perempuan.

"Berbeda ketika kita foto dari jarak jauh yang tidak menghasilkan perbedaan pada wajah, swafoto dari jarak dekat menyebakan kita mengalami distorsi wajah, terutama pada dimensi hidung," tuturnya.

Tren swafoto sempurna juga tidak terlepas dari faktor tekanan membandingkan diri dengan orang lain melalui foto digital yang sudah disempurnakan dengan aplikasi editor. Menurut Boris, dengan sekitar 35 juta swafoto yang diambil di Inggris tiap bulan, penting diketahui bahwa setiap orang mempunyai masalah tubuhnya masing-masing.

Bagi mereka yang ingin keluar dari tren ini, Boris menganjurkan untuk melakukan detoksifikasi media sosial. "Keluar dari Snapchat, berhenti follow artis tertentu di Instagram dan coba telaah lagi bagaimana perasaan kalian setelahnya," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement