Kamis 26 Oct 2017 07:24 WIB

Faktor Penentu Anak Siap BLW

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Metode makan BLW dipandang lebih menyenangkan bagi bayi karena lebih bebas stres.
Foto: flickr
Metode makan BLW dipandang lebih menyenangkan bagi bayi karena lebih bebas stres.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baby led weaning (BLW) merupakan metode pemberian MPASI di mana bayi diberi kebebasan untuk memilih, memegang dan menyuap makanan sendiri dalam bentuk 'finger food'. Pada dasarnya, BLW boleh dilakukan asal bayi sudah dalam kondisi yang siap dan matang. Kapan?

Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah kematangan saluran cerna anak. Saluran cerna anak menjadi lebih matang di usia sekitar empat sampai enam bulan.

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah kesiapan saraf anak. Dalam hal ini, anak harus sudah bisa menahan kepalanya sendiri dan bisa duduk tegak dengan baik.

"Di atas enam bulan, dia pasti sudah tegak kepalanya, sarafnya sudah oke," ungkap spesialis anak tumbuh kembang dari RS Hermina Kemayoran Klinik dan Terapi RHE dr Trully Kusumawardhani SpA dalam diskusi kesehatan Forum Ngobras, di Jakarta.

Sebelum memberikan MPASI dengan metode BLW, orang tua juga harus memastikan bahwa anak sudah memiliki kemampuan mengunyah. Tanpa kemampuan ini, makanan padat sebaiknya tidak diberikan.

Anak juga harus dipastikan sudah memiliki kemampuan motorik halus yang lebih baik. Dalam hal ini, anak sudah mampu meraih dan menggenggam dengan baik makanan di hadapan mereka. Kemampuan ini biasanya baru terjadi ketika anak memasuki usia 6-7 bulan.

"Berdasarkan literatur, (anak dikatakan sudah siap) di atas usia tujuh bulan, yaitu 8-9 bulan," lanjut Trully.

Selain memperhatikan faktor-faktor di atas, Trully juga menekankan pentingnya memperkenalkan tekstur makanan secara bertahan. Anak harus diperkenalkan dengan makanan yang memiliki tekstur lebih halus terlebih dahulu sebelum diperkenalkan dengan makanan yang lebih padat. Dengan kata lain, anak berusia sembilan bulan yang belum pernah menerima makanan dengan tekstur lebih lembut tidak disarankan untuk langsung menerima makanan padat atau kasar.

Jika orang tua mengabaikan faktor-faktor ini, ada beberapa risiko yang akan timbul dan mengancam keamanan anak. Salah satu risiko tersebut adalat tersedak. Dalam beberapa kasus, tersedak mungkin tak menimbulkan masalah. Akan tetapi, Trully mengatakan ada banyak kasus bermasalah yang terjadi karena anak tersedak akibat pemberian makanan padat lebih dini dan tak bertahap.

"Banyak juga kasus perforasi usus (usus berlubang), invaginasi (bagian usus masuk ke dalam usus berikutnya), banyak," ungkap Trully.

Risiko paling berbahaya adalah aspirasi. Aspirasi merupakan kondisi di mana ada cairan, makanan atau benda lain dari luar masuk ke dalam saluran napas, lalu ke dalam paru-paru. Makanan atau cairan di paru-paru ini dapat memicu terjadiya infeksi yang mungkin berujung pada gagal napas.

"Meskipun itu ASI (yang masuk ke dalam paru-paru), bisa meninggal. Apalagi makanan," kata Trully.

Jika anak tersedak makanan berukuran besar, makanan tersebut bisa tersangkut di saluran di tenggorokan. Kondisi ini akan membuat saluran napas bisa terhimpit dan tertutup sehingga anak kesulitan untuk bernapas seperti tercekik.

"Memperkenalkan makanan itu ada tahapan-tahapannya," tegas Trully.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement