REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Pengajar dan peneliti psikologi Universitas Harvard Richard Weissbourd menilai tujuan pendidikan orang tua terhadap anak-anak saat ini tidak lagi berorintasi pada kebahagiaan atau harga diri anak-anak.
Penelitian yang dilakukan Weissbourd bersama sekelompok mahasiswa pasca sarjana Universitas Harvard pada 2005 terhadap anak-anak di lima SMA menemukan, orang tua yang terlalu intensif memerhatikan kebahagiaan dan harga diri anak-anak justru menempatkan anak-anak mereka dalam persoalan moralitas, demikian dilansir Muslim Village, Ahad (17/9).
Penelitian ini menemukan, banyak anak-anak saat ini melihat kebahagiaan sebagai hal utama. Dua pertiga dari mereka melihat hidup bahagia lebih penting dari kepeduliaan terhadap orang lain dan dua pertiga anak-anak juga menyatakan bagi orang tua mereka anak-anak bahagia lebih penting ketimpang anak baik.
Seberapa besar pandangan antara memiliki anak baik dan anak bahagia memang masih jadi kendala untuk ditelaah. Faktanya, banyak orang tua dan anak-anak yakin dengan menjadi orang yang bahagia, mereka bisa bersikap lebih positif terhadap orang lain.
Orang tua saat ini berpikir pola ini seperti masker oksigen dalam kondisi darurat, yakni menolong diri sendiri sebelum yang lain. Ini berbeda orang tua dulu mengambil acuan dari kitab suci dimana moralitas bersumber dari penderitaan atau memenuhi tanggung jawab besar atau sejenisnya.
Satu hal yang laik dipertimbangkan, perasaan positif terhadap diri sendiri bisa membawa pada sikap arogan. Para pelaku perundungan atau ketua kelompok kriminal memiliki harga diri yang tinggi. Harga diri bisa muncul saat seseorang merasa memiliki kekuasaan.
Orang tua yang terlalu fokus pada kebahagiaan anak mereka justru tidak membuat anak-anak mereka bahagia. Mereka mengintervensi hal yang seharusnya dihadapi anak-anak mereka dan akan menjadi bekal jangka panjang.
Memprioritaskan kebahagiaan anak ketimbang menjadikan mereka baik kepada orang lain bisa menggerus kemampuan anak-anak untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Orang tua juga kadang lupa anak mereka punya tanggung jawab yang harus dipenuhi terhadap lingkungan mereka.
Tidak ada tawar menawar dalam urusan moralitas. Orang tua tidak berharap kepedulian anak sebagai hasil instan perasaan positif terhadap diri sendiri. Kepedulian anak terhadap orang lain harus ditumbuhkan meski itu tak nyaman bagi anak-anak. Sehingga lebih baik bagi orang tua mengutamakan kepeduliaan terhadap sesama kepada anak-anak mereka ketimbang mendorong anak untuk fokus pada kebahagiaan mereka saja.
Pun, ketimbang fokus pada membangun kebahagiaan anak, orang tua bisa fokus pada kematangan dan kedewasaan anak-anak. Hal ini termasuk menyeimbangkan keinginan diri sendiri dan orang lain, refleksi diri dan respons yang tepat terhadap kritik.