Senin 04 Sep 2017 19:01 WIB

Dokter Anak: Pemberian ASI Bisa Cegah Anak Jadi Liar

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Karta Raharja Ucu
Ibu menyusui bayinya.
Foto: Republika/Prayogi
Ibu menyusui bayinya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Memberikan Air Susu Ibu (ASI) pada bayi, sangat penting dilakukan oleh seorang ibu. Menurut Pakar Nutrisi yang juga Dokter Spesialis Anak DR dr Tan Shot Yen, M Hum, untuk seorang ibu menyusui bukan hanya hidayah. Namun, beberapa penelitian menunjukkan beberapa anak yang tak bonding (jalinan antara ibu dan anak) karena tak memperoleh ASI, jadi kurang ajar sama ibunya.

"Karena tidak disusui ibunya, jadi anaknya liar. ASI bisa mencegah anak jadi liar," ujar Tan kepada wartawan di acara Pekan ASI Sedunia Provinsi Jabar 2017 di Mal Festival City Link, Ahad (3/9).

Menurut Tan, bonding itu tercipta ketika ibu membesarkan anak. Lalu, kemudian menatap anaknya menatap ia tumbuh besar. Selain itu, menyusui bisa mencegah penyakit kanker payudara.

"Menyusui itu juga membuat ibu komplit menjadi seorang perempuan yang paripurna. Selain itu, dengan disusui anaknya jadi tahan penyakit," kata Tan seraya mengatakan, Asi pun sangat mempengaruhi kecerdasan seorang anak.

Tan mengakui, berkembangnya industri susu formula serta perkembangan teknologi informasi, menjadi salah satu faktor penghambat pemenuhan ASI sebagai sumber nutrisi terpenting bagi seorang bayi. Kini, tidak sedikit ibu yang enggan menyusui, malah memberi asupan bagi bayinya dengan susu formula.

"Orang dari zaman belum kenal baca tulis, (ASI) sudah ada. Kita dalam hal ini memang tergeser dengan masalah budaya, masalah industrialisasi, kemudahan kepraktisan, lalu kita jadi bergeser," katanya.

Padahal, kata dia, menyusui anak itu cuma dianggap sekedar kasih makan. Namun, persoalannya adalah bagaimana mengembalikan agar ibu yang tidak menyusui anaknya seharusnya punya beban moral.

Persoalan lainnya, kata dia, seorang ayah yang seharusnya mendampingi istri, untuk mengawal agar menyusui anaknya, saat ini tidak sedikit yang terjebak dengan kemudahan fasilitas teknologi informasi. "Bagaimana sekarang si ayah tidak lagi selfie untuk dirinya sendiri. Ngakunya kerja tahunya ngayak-ngayak di luar sendirian," katanya.

Faktor keluarga lain, kata dia, seperti orang tua juga sangat memengaruhi kesadaran seorang ibu untuk tetap menyusui anaknya. Maka semua persoalan tersebut merupakan tugas besar semua pihak dan seluruh masyarakat Indonesia.

"Jadi ibu bisa menyusui secara eksklusif bisa memberikan susu selama dua tahun lebih, itu bukan karena ibunya saja, tapi semua faktor yang ada di bangsa ini," katanya.

Disinggung soal aturan hukum, menurutnya pemerintah sudah mengatur semua hal yang berkaitan dengan pemenuhan gizi anak. Namun masalahnya, sampai sejauh mana diperlukan penegakkan hukum terkait pemenuhan ASI bagi bayi. "Apakah diperlukan law and forcement atau tidak?"  katanya.

Misalnya, kata dia, kalau ada yang melihat tetangganya tak memberikan susu formula, padahal ASI ibunya keliatan subur, ada yang mau atau tidak untuk lapor ke polisi. Menurutnya, sekalipun aturan hukum sudah ditegakkan, namun titik berat yang harus dilakukan tetap pada pembinaan serta penyadaran keluarga yang baik. Apalagi sampai menggugat industri produsen susu formula.

"Saya rasa selama kita bisa dekati dengan tidak cara keras, tidak cara hukum, kenapa tidak didekati dengan cara kekeluargaan. Menyusui itu kan masalah kekeluargaan," katanya.

sumber : Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement