REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecanduan gawai (gadget) disebut menurunkan kualitas komunikasi dalam sebuah keluarga. Koneksi yang terlalu intens dengan dunia maya dikhawatirkan dapat melonggarkan hubungan antar anggota keluarga.
Dikutip dari laman news.com, psikolog dan pengamat sosial, Sabina Read mewanti-wanti bahaya kecanduan gawai pada orang tua maupun anak-anak. "Kita perlu berperilaku sama entah dalam posisi orang tua maupun anak-anak. Jika kita terus menerus menatap layar gawai maka hanya ada sedikit waktu untuk saling mendengarkan," ujar Read.
Hasil survei yang dilakukan oleh Galaxy, sebagian besar orang tua membiarkan anak-anak mereka sibuk bermain gawai ketika keluarga pergi mengendarai mobil. Sebanyak 76 persen orang tua membiarkan buah hatinya terpaku pada layar gawai ketimbang terlibat dalam obrolan di dalam mobil.
Survei dilakukan pada 1.200 orang dan diketahui tak hanya anak-anak yang berperilaku demikian. Jika anak-anak tak berada di mobil dan orang dewasa ada di posisi penumpang, mereka juga lebih senang bermain gawai. Menelepon, mengecek media sosial, mengirim surat elektronik, dan bermain game adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan saat ada di mobil.
Hasil survei yang sama juga menyebutkan 20 persen orang tua setuju jika anak-anak berusia tiga sampai sembilan tahun punya gawai sendiri. Rata-rata orang tua di Australia berpendapat sebelas tahun adalah usia yang tepat memberi gawai pribadi kepada anak-anak. "Teknologi bukanlah musuh kita, yang dibutuhkan keluarga adalah menemukan cara menjauh dari gawai dan mendekatkan diri dengan seluruh anggota keluarga," ujar Read.