Sabtu 12 Apr 2025 21:03 WIB

Studi: Gen Z Lebih Senang Main HP, Ngobrol Tatap Muka Dianggap Membosankan

Generasi Z disebut kesulitan mempertahankan fokus saat mengobrol tatap muka.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Generasi Z main HP (ilustrasi). Sebuah studi terbaru menemukan mayoritas Generasi Z kesulitan mempertahankan fokus saat melakukan percakapan tatap muka.
Foto: www.freepik.com
Generasi Z main HP (ilustrasi). Sebuah studi terbaru menemukan mayoritas Generasi Z kesulitan mempertahankan fokus saat melakukan percakapan tatap muka.

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi terbaru menemukan mayoritas Generasi Z kesulitan mempertahankan fokus saat melakukan percakapan tatap muka. Penelitian yang diterbitkan dalam Mind Health Report ini mengungkap, tiga dari dari empat Gen Z mudah terdistraksi dan cenderung membuka ponsel hanya dua menit setelah percakapan di mulai.

Baca Juga

Studi ini melibatkan 2 ribu peserta berusia 18 hingga 28 tahun. Hasilnya, 39 persen responden mengaku merasakan dorongan kuat untuk mengecek ponsel saat mengobrol dengan orang lain di dunia nyata. Notifikasi dari media sosial, pesan instan, hingga konten video menjadi pemicu utama gangguan.

Sebanyak 38 persen bahkan menyebut percakapan tatap muka sebagai aktivitas yang membosankan. Lebih dari 63 persen responden juga mengaku kesulitan membangun interaksi di dunia nyata. Banyak yang menjadikan ponsel sebagai pelarian, terutama saat berada di sebuah acara (28 persen), berkumpul dengan teman (18 persen), dan saat berbicara dengan orang tua (17 persen).

Psikolog dr Linda Papadopoulos menyoroti dampak kebiasaan ini. Menurutnya, kebiasaan ini berkontribusi pada meningkatnya rasa cemas dan kesepian di kalangan anak muda. “Tekanan untuk selalu online dan paparan informasi tanpa henti membuat sistem saraf mereka kewalahan,” kata Papadopoulos seperti dilansir laman Express, Sabtu (12/4/2025).

Tidak hanya berdampak pada hubungan sosial, ketergantungan terhadap ponsel juga memengaruhi kesehatan mental. Sekitar 28 persen responden merasa cemas ketika tidak memegang ponsel, sementara lebih dari sepertiga menyatakan merasa tidak nyaman jika tidak bisa mengaksesnya. Sejumlah responden bahkan terbangun di malam hari untuk memeriksa media sosial.

Gangguan fokus dan penurunan produktivitas menjadi konsekuensi lain yang dirasakan satu dari lima responden. Media sosial juga dianggap berperan dalam menurunkan kepercayaan diri, terutama akibat kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain secara visual.

Oleh karena itu, dr Papadopoulos menekankan pentingnya membangun kebiasaan digital yang sehat di kalangan anak muda. Caranya dapat dimulai dari membuat batasan penggunaan ponsel.

“Kita perlu membantu kaum muda membangun kebiasaan digital yang lebih sehat. Bukan berarti kita menyingkirkan ponsel sepenuhnya, tetapi cukup membatasinya,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement