REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Libur Lebaran sering kali menjadi momen di mana anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu dengan gawai mereka. Untuk mengurangi ketergantungan ini, orang tua dapat berperan aktif dengan menyiapkan berbagai aktivitas pengganti yang menarik dan edukatif.
Aktivitas-aktivitas ini tidak hanya membantu mengurangi penggunaan gawai, tetapi juga mempererat hubungan keluarga dan mengembangkan kreativitas anak. Psikolog klinis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Kota Denpasar, Bali Nena Mawar Sari, mengatakan orang tua dapat menyiapkan berbagai aktivitas pengganti yang menarik bagi anak untuk mengurangi penggunaan gawai pada saat libur Lebaran.
“Kita tidak bisa meminta anak itu tiba-tiba tidak pakai handphone tapi nggak ada aktivitas pengganti lainnya jadi sebaiknya memang harus ada aktivitas pengganti yang lebih menarik lainnya atau tandingannya, misalnya dengan mengajak anak anak beraktivitas secara fisik dengan teman sebaya, dengan sepupu atau mungkin dengan orang tuanya,” ujar Nena pada Jumat (14/3/2025).
Hal lain yang juga dapat dilakukan orang tua adalah mengajak anak untuk pergi ke tempat rekreasi dengan kebersamaan dan kehangatan keluarga. Upaya ini diharapkan mampu mengalihkan anak agar tak selalu menggunakan atau memainkan gawai dengan cara yang baik.
“Jadi misalnya handphone tiba-tiba diambil atau disita itu kan mungkin akan membuat mood anak jadi berantakan di hari raya dan momentum hari raya menjadi berantakan,” ujarnya pula.
Sementara bagi anak yang terlanjur kecanduan gawai, wanita yang juga praktik di Klinik Bali Psikolog menilai hal ini merupakan cara anak mengalihkan diri dari sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. “Kecanduan itu cenderung adalah sesuatu yang sebenarnya untuk mendistraksi hal yang sebenarnya tidak nyaman,” ujarnya.
Orang tua dalam hal ini dapat mencari tahu sumber dari hal yang didistraksi anak tersebut. Jika orang tua membutuhkan terapis, orang tua dapat turut andil dan terlibat dalam kasus ini.
Adapun bila anak menggunakan gawai secara berlebih bakal menyebabkan dampak secara psikologi yakni kemampuan emosional yang akhirnya berkurang terutama dalam bersosialisasi, lebih emosional dalam menangani beberapa hal, kesepian serta merasa sendiri hingga menunda pekerjaan dan tak jarang terjadi perubahan produktivitas atau menjadi lebih malas. Sementara dampak secara fisik yakni dari postur tubuh pada masa perkembangan ini akan mengalami hambatan, kemampuan kognitif terhambat. Hal lain yakni insomnia karena pola tidur berantakan, serta gangguan saraf dan gangguan mata.