Kamis 03 Aug 2017 15:16 WIB

Pameran Lukisan Istana Ajak Cintai Ibu Pertiwi

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah undangan memperhatikan karya lukisan yang ditampilkan pada Pameran Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan bertajuk Senandung Ibu Pertiwi di Galeri Nasional, Jakarta, Senin (31/7).
Foto: Antara
Sejumlah undangan memperhatikan karya lukisan yang ditampilkan pada Pameran Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan bertajuk Senandung Ibu Pertiwi di Galeri Nasional, Jakarta, Senin (31/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pameran Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan RI kembali digelar di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, guna menyambut 72 tahun kemerdekaan. Pameran tersebut menyajikan koleksi terpilih dari pelukis besar dari dalam dan luar negeri. Pada tahun ini, pameran itu mengusung judul "Senandung Ibu Pertiwi".

"Tema itu berangkat dari koleksi lukisan yang ada di istana. Kami (tim kurator) kemudian mengkaji lebih lanjut dan menemukan ada beberapa tema dominan," kata anggota tim kurator pameran Mikke Susanto.

Tema-tema itu yakni pemandangan alam, kehidupan sehari-hari, dan budaya serta tradisi. Mikke mengaku, tema tersebut banyak mendominasi lukisan di istana.Tema ibu pertiwi lantas terpilih sebagai judul paling kuat dan paling cocok untuk merepresentasikan koleksi tersebut.

Mikke menjelaskan, konsep ibu pertiwi dalam perspektif ilmiah bisa diartikan sebagai kata benda yang bermakna langit bumi dan seisinya. Selain itu, ibu pertiwi juga menyiratkan sifat psikologi manusia yakni femininitas.Hal itu, kata Mikke, digambarkan dengan rahim ibu atau Tanah Air sebagai tempat manusia dilahirkan dan tumbuh besar.

"Perasaan cinta Tanah Air itu lahir dari perspektif kata sifat tadi. Ibu pertiwi menurut kami paling cocok untuk mewadahi pameran ini," ujarnya. Sebanyak 48 lukisan dari 41 perupa bisa dinikmati masyarakat luas mulai 2 hingga 30 Agustus 2017.

Secara kontekstual, kata Mikke, pameran ini juga dilatarbelakangi oleh persoalan yang terkait dengan bumi Indonesia. Kerusakan alam, bencana alam, maupun hal-hal yang berkaitan dengan kontribusi manusia pada alam bisa terlihat dalam koleksi yang dipamerkan.

"Pameran ini sangat kontekstual dalam beberapa peristiwa terakhir," ujar Mikke.

Dinda (21 tahun) adalah seorang mahasiswi yang menyempatkan diri untuk mengunjungi pameran. Ia mengaku memanfaatkan waktu senggang di masa perkuliahannya. "Hari ini sedang tidak ada jadwal kuliah jadi saya ke pameran. Tahun lalu juga saya datang ke pameran ini," ujar Dinda.

Ia mengaku, penyelenggaraan tahun ini lebih baik karena banyak memberikan informasi terkait karya-karya yang dipamerkan. Meski begitu, ia mengaku belum puas karena ingin lebih banyak lagi melihat koleksi lukisan istana. "Sayang cuma 48 lukisan padahal mau lihat semuanya," kata Dinda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement