Ahad 23 Jul 2017 23:18 WIB

Psikolog: Jangan Hanya Belajar, Anak Butuh Banyak Bermain

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nur Aini
Seorang anak sedan berlatih gerakan dasar bermain skate board di Bogor Skate Park, Bogor, Rabu (12/7).
Foto: Republika/Darmawan
Seorang anak sedan berlatih gerakan dasar bermain skate board di Bogor Skate Park, Bogor, Rabu (12/7).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wejangan Presiden RI, Joko Widodo, dalam Hari Anak Nasional di Pekanbaru, Riau, mengajak seluruh anak Indonesia agar terus belajar. Namun, psikolog menilai belajar secara akademis secara terus menerus, justru akan membuat anak merasa bosan.

Psikolog, Reza Indragiri, menjelaskan anak-anak zaman sekarang tidak melulu harus diberi wejangan belajar, mereka juga harus diajak lebih banyak bermain. Karena dengan bermain, para orang tua ini dapat melatih imajinasi anak dan membuat anak menjadi kreatif.

"Kita perlu lebih sering kasih nasihat tentang pemenuhan hak-hak anak lainnya. Bahwa, misalnya, anak perlu lebih banyak bermain kreatif, shalat lima waktu, minum susu, menabung agar bisa disedekahkan ke yatim, menanam pohon, memelihara binatang, dan keasyikan-keasyikan lainnya yang membuat dunia anak-anak lebih berwarna," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (23/7) sore.

Bagi dia, perlu ada metode lain, bahkan kata lain, selain belajar, yang bisa dipakai dan lebih manjur agar anak-anak senang mencari pengetahuan baru. Selama ini, kata dia, masyarakat mulai risau oleh tingginya beban belajar dan panjangnya jam belajar.

"Beban dan waktu sedemikian berat dipandang telah membuat anak-anak jenuh dan letih. Itu pada gilirannya memengaruhi kesiapan belajar dan kesehatan anak. Dan sebagai imbas kegiatan belajar yang berat itu, anak mengatasi kebosanan serta keletihan mereka lewat perilaku impulsif, perilaku agresif, termasuk merundung, berkelahi, dan serbaneka kenakalan," kata dia.

Jokowi dalam pidatonya dalam perayaan Hari Anak Nasional di Pekanbaru, Riau, mengatakan "Anak-anak Indonesia harus belajar, belajar, belajar keras... Anak-anak tidak boleh mem-bully."  Namun, ternyata pesan 'belajar, belajar, belajar' itu, kini dinilai terdengar klise. Survei yang dilakukan Indiana University, misalnya, menemukan bahwa dua dari tiga siswa merasa bosan dalam kegiatan belajar mereka.

"Semoga petuah Pak Jokowi agar anak-anak 'belajar, belajar, belajar' tidak membuat orang tua kian terobsesi me-les-kan anak-anak. Keletihan akademis niscaya berakibat kontraproduktif bagu anak-anak dan nantinya bagi Indonesia," tutur Reza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement