REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu kunci utama yang harus dimiliki orangtua dalam mendidik anak adalah ilmu parenting. Sayangnya, sebagian besar ibu yang sekaligus menjadi wanita karier tak sempat untuk mempelajari tentang hal itu.
Penulis buku Mendidik Karakter Dengan Karakter, Ida S. Widayanti, saat menjadi pemateri dalam Seminar Parenting bertema 'We Say No to Child Phornography' di Jakarta, mengatakan, kesibukan untuk melaksanakan tugas kantor membuat wanita karier tak memiliki waktu yang cukup untuk mendalami pemgetahuan tentang parenting. "Oleh karena itu, instansi tempat para wanita karier itu bekerja harus berperan aktif dalam memberikan bekal pelatihan parenting. Baik itu instansi pemerintah maupun instansi swasta," kata Ida.
Ia mencontohkan, di Indonesia sendiri, sudah terdapat satu perusahaan multinasional yang aktif memberikan pelatihan parenting. Bahkan, pegawai yang mengikuti pelatihan itu, lanjut dia, dihitung sedang kerja lembur sehingga mendapat kompensasi upah lembur.
"Hal positif itu harus ditiru oleh instansi lain. Mengingat, pemahaman parenting di Indonesia masih relatif rendah," ujarnya. Ia optimistis, jika sebuah instansi perduli akan pemahaman parenting, maka perusahaan dapat memperoleh kinerja pegawai yang optimal.
Menurut Ida, ilmu parenting mutlak diperlukan orangtua dalam memberikan pendidikan karakter kepada anak. Jika anak seorang pegawai memiliki karakter yang baik, maka orangtua dapat bekerja dengan tenang dan dapat memberikan kinerja optimal bagi instansi.
Satu lagi yang perlu diwaspadai orangtua adalah internet. nternet dan media sosial kerap disalahgunakan untuk media penyebaran konten pornografi. Indonesia sendiri sempat menempati urutan ke-10 di dunia sebagai negara yang paling banyak mengakses konten tidak sehat itu.
Namun, menurut data terbaru dari Kementerian Komunikasi dan Informasi, Indonesia kini telah naik peringkat. "Di dunia, kini Indonesia menduduki peringkat pertama. Ini sangat memprihatinkan," kata Ida.
Hal yang lebih memprihatinkan, lanjutnya, sebagian pengakses konten pornografi itu adalah anak-anak.
Oleh karena itu, ia mengimbau agar seluruh masyarakat, termasuk orangtua, lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap potensi yang terlalu memudahkan seorang anak mengakses konten negatif tersebut. Menurutnya, masyarakat dan orangtua memiliki perananan yang sangat penting dalam membentuk karakter seorang anak.