Rabu 12 Apr 2017 11:22 WIB

Peringati HUT Ke-42, TMII Siap Tampilkan Berbagai Pentas Budaya

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Winda Destiana Putri
Warga berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) , Jakarta Timur, Ahad (1/1).Republika/Rakhmawaty La'lang
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Warga berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) , Jakarta Timur, Ahad (1/1).Republika/Rakhmawaty La'lang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Taman Mini Indonesia Indah (TMII) AJ Bambang Soetanto mengatakan, TMII akan menyelenggarakan peringatan hari ulang tahunnya yang ke-42 pada 16 April hingga 23 April mendatang.

Peringatan ulang tahun ini akan diisi dengan Solo batik carnival, pawai budaya nusantara, pameran batik Solo dan batik Pekalongan, festival pencak silat nusantara, pameran museum, pameran expo nusantara, festival kuliner nusantara, pameran pariwisata, parade busana daerah, reog ponorogo massal.

"Tujuan dilaksanakan peringatan ulang tahun TMII adalah mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menjaga, memelihara, dan mengembangkan budaya bangsa Indonesia juga meningkatkan kesadaran masyarakat kalau TMII berperan sebagai wahana pelestarian keanekaragaman budaya Indonesia," katanya dalam siaran persnya, Selasa (11/4).

TMII juga wahana mendukung dan memperat rasa persatuan. Meningkatkan dan menggelorakan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

TMII, ujar Bambang, juga sebagai sarana pendidikan dan berguna bagi nusa dan bangsa. "Anjungan-anjungan di TMII membuat program untuk melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa."

TMII sifatnya bukan bisnis murni sebab tujuan utamanya melestarikan budaya bangsa. Budaya itu susah dijual. "Misalnya kita menampilkan ketoprak. Meskipun ketoprak tak laku dijual namun kami mempertahankan agar terus tampil, ini bedanya dengan taman bermain bisnis murni," kata Bambang.

Kalau taman bermain yang bisnis murni, sebuah wahana tak laku maka langsung diganti. Dicari wahana lain yang lebih menguntungkan dari sisi bisnis. "Inilah beda antara TMII dengan taman bermain bisnis murni. Makanya di mana-mana lembaga kebudayaan itu membutuhkan subsidi dari pemerintah seperti di Cina, di Thailand," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement