Jumat 17 Mar 2017 15:19 WIB

Kedekatan Ortu-Anak Cegah Timbulnya Perilaku Menyimpang

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Tolak ukur anak yang nyaman dengan orangtuanya adalah adanya perasaan rindu saat berjauhan.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Tolak ukur anak yang nyaman dengan orangtuanya adalah adanya perasaan rindu saat berjauhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orangtua masa kini perlu memastikan tumbuh kembang anaknya, termasuk menghindari anak dari perilaku seks menyimpang. Dunia modern membuat sejumlah orangtua tak disangkal ketakutan menghadapi fenomena menyukai sesama jenis.

Psikolog Anak, Ine Indriani, kepada Republika.co.id, Jumat (17/3), membagi tips agar anak terhindari dari perilaku tersebut. Pertama, supaya anak tetap normal, yang pasti peran orangtua harus baik. Ayah dan ibu perannya ada, dalam artian keduanya harus ada untuk anak, terkadang ada ayah yang hanya menafkahi saja tapi tidak hadir untuk anak. Padahal peran mengasuh adalah kewajiban kedua orangtua.

“Ketidakhadiran ayah bisa jadi salah satu pemicu anak berperilaku seksual menyimpang. Karena sering melihat ibu dan saudara perempuan. Jadi lebih baik kedua orangtua berperan mengasuh anak,” sarannya.

Kedua, dari kecil sudah diajarkan mengenai pendidikan seksual. Untuk melindungi diri, ajarkan anak sentuhan baik dan sentuhan buruk. Tujuannya agar tidak terjadi sentuhan yang berubah jadi sesuatu yang tidak diinginkan. Kemudian akan memengaruhi anak ke perilaku menyimpang.

Ketiga, banyaklah mengobrol dengan anak, terhubung dengan anak dan banyak bermain dengan anak. Sehingga ketika dia remaja anak jadi lebih terbuka apa yang terjadi dengannya. Sekarang di Indonesia perkumpulan remaja LGBT sudah terbuka. Bahkan ada komunitasnya. Sehingga penting bagi orangtua menjadi teman yang baik untuk anak.

Keempat, yang paling penting adalah diskusi. Topiknya mengenai apa saja, mengenai nilai norma agama, nilai sosial dan lainnya. Termasuk mengenai perilaku menyimpang, jelaskan pada anak baik buruknya, apa pengertiannya, apa penyebabnya, dan tanya pendapat anak mengenai perilaku tersebut. Sehingga orangtua mengetahui pendapat anaknya.

Kelima, aplikasikan nilai agama, sosial dan lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Bukan sekadar dibicarakan tapi juga diterapkan. Kalau hanya omongan tapi tidak dijalankan, maka tidak ada manfaatnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement