Sang pemilik, kata Andy, selalu menekankan pentingnya berbisnis dengan cara yang halal. Menurut sang bos, usaha mendapatkan keuntungan juga perlu diimbangi dengan langkah yang baik. Hal ini sejalan dengan konsep branding wisata halal yang digencarkan Pemerintah Provinsi NTB dan juga Pemerintah Kabupaten Lombok Utara.
"Keyakinan bos saya, kita kan bisa banyak uang dengan yang cara yang halal, kenapa harus dengan yang nonhalal," lanjut dia.
Tak hanya minol, Villa Bella juga tidak menyediakan layanan makanan nonhalal seperti masakan yang mengandung babi. Selain itu, penginapan yang sudah beroperasi sejak 2012 ini juga menyiapkan fasilitas ibadah seperti sarung dan Alquran bagi wisatawan Muslim. Sedangkan arah kiblat, selalu ditunjukan saat proses check-in.
"Ada juga layanan membangunkan tamu jika ingin shalat tahajud dan juga shubuh," ujar dia.
Pria berusia 30 tahun itu menuturkan, layanan ini menjadi salah satu yang paling disukai para pengunjung. Pasalnya, usai menunaikan kewajiban ibadah shalat Subuh, tamu bisa melanjutkan aktivitas tadabur alam dengan menikmati keindahan matahari terbit.
Selain itu, stafnya juga akan memberitahu lokasi Masjid Agung Gili Trawangan dan Masjid Nurul Istiqomah jika hendak menunaikan ibadah shalat Jumat. "Kalau Jumatan kita bareng-bareng sama tamu, staf kami di sini juga semuanya Muslim jadi bisa berangkat bersama," kata Andy.
Pria kelahiran Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, ini mengungkapkan peran vital masjid di Gili Trawangan sebagai sarana silaturahim umat Islam dari berbagai negara. Masjid ini pula yang selalu menjadi tempat dalam evaluasi dan rencana bisnis ke depan.
"Bos kalau datang pasti ngajak ke masjid, shalat jamaah terus bahas rencana dan evaluasi bisnis," katanya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
