Selasa 28 Feb 2017 15:12 WIB

Nenek Sering Kali Dianggap Merusak Tata Kelola Pemberian ASI Eksklusif

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Winda Destiana Putri
Ibu menyusui
Foto: flickr
Ibu menyusui

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Saat ini, dukungan pemerintah dan masyarakat terhadap program ASI (air susu ibu) eksklusif masih belum optimal dan keberhasilannya masih sangat rendah. Di samping itu, pemahaman ASI eksklusif sebagian masyarakat masih belum benar.

Di Indonesia, cakupan ASI eksklusif baru mencapai 38 persen. Padahal, Menteri Kesehatan menargetkan cakupan ASI eksklusif sebesar 80 persen. Di Kabupaten Sleman sendiri cakupan ASI eksklusif baru 32,43 persen, kata dosen Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Mufdlilah, kepada wartawan di ruang kerjanya, Selasa (28/2).

"Pada awal penelitian (2014) data di Sleman menunjukkan cakupan ASI eksklusif cukup tinggi, yakni sekitar 80 persen. Tetapi setelah kami teliti mulai tahun 2014 sampai akhir 2016 ternyata yang benar-benar ASI eksklusif hanya 32,4 persen. Karena masih adanya persepsi yang salah bahwa ibu menyusui itu yang penting minimal enam bulan, meskipun ada tambahan minum air putih, pemberian pisang dan lain-lain," ujarnya.

Padahal, yang disebut ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan sampai usia enam bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan/minuman lain. Pemberian ASI eksklusif awalnya direkomendasikan tiga bulan, kemudian empat bulan dan saat ini enam bulan.

Dampak jika tidak diberikan ASI eksklusif adalah gizi buruk pada balita, selanjutnya meningkatkan angka kematian bayi di Indonesia. ASI ini merupakan gizi yang pas untuk kehidupan bayi, sehingga hidupnya menjadi optimal dan sehat.

Lebih lanjut, ia mengatakan, nenek seringkali menjadi perusak tata kelola pemberian ASI eksklusif. "Kadang kala suami sudah paham banyak. Tetapi nenek tidak tega melihat bayi menangis dalam 24 jam pertama. Katanya kasihan bayinya nangis. Padahal bayi dalam waktu 24 jam itu belum memerlukan makanan dan masih berlatih untuk mencari makan. Saya sebagai orang kesehatan saja sering tidak tega mendengar cucu menangis," ujar nenek dari dua cucu ini sambil tersenyum.

Karena itu, Mufdlilah sedang merintis membuat kelompok nenek pendukung ASI Eksklusif di wilayah tempat tinggalnya Nitikan Umbulharjo Yogyakarta. Mudah-mudahan bisa dikembangkan untuk percontohan bahwa peran nenek sangat tinggi terhadap keberhasilan ASI eksklusif.

Dalam kelompok nenek yang sudah terkumpul 40 orang tersebut akan diberi suatu panduan yang terkait dengan pemberian ASI eksklusif dan akan difollow up tentang pemahaman nenek tentang ASI eksklusif. "Karena ketika ibu salah dalam posisi menyusui, akan terjadi gangguan pada puting misalnya lecet atau luka sehingga bisa mengalami kesakitan dan bayi tidak nyaman dalam mendapatkan ASI," kata Takmir Masjid al-Islah seksi kesehatan di Nitikan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement