Ahad 26 Feb 2017 09:23 WIB

Sejarah Opera Ikan Asin, Pementasan Istimewa dari Teater Koma

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Pemain kelompok Teater Koma beraksi jelang pertunjukan Opera Ikan Asin di Jakarta.
Foto: Republika/Prayogi
Pemain kelompok Teater Koma beraksi jelang pertunjukan Opera Ikan Asin di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teater Koma segera menghadirkan lakon Opera Ikan Asin di Ciputra Artpreneur, Lotte Shopping Avenue, 2-5 Maret 2017. Produksi ke-147 untuk memperingati hari jadi 40 tahun Teater Koma itu juga pernah beberapa kali dipentaskan pada 1983 dan 1999.

Nano Riantiarno, sutradara pementasan Opera Ikan Asin menjelaskan bahwa karya tersebut ia sadur dari Die Dreigroschenoper atau The Threepenny Opera karya Bertolt Brecht. Lakon yang diiringi gubahan musik Kurt Weill itu pertama kali dipentaskan di Theater am Schiffbauerdam, Berlin, pada 31 Agustus 1928.

Pementasan karya Brecht juga merupakan daur ulang dari lakon yang lebih lawas, yakni The Beggar's Opera karya John Gay sekira tahun 1728 di London. Keseluruhan tema sama, yaitu kritik sosial terhadap golongan kapitalis, yang naskahnya mendapat penyesuaian latar waktu dan tempat sesuai zaman.

Oleh Nano, semua itu disederhanakan menjadi judul Opera Ikan Asin, dengan mengubah latar peristiwa dari London abad 19 menjadi Batavia abad 20 pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Kisahnya berpusat pada Mekhit alias Mat Piso, Raja Bandit Batavia yang justru dijadikan pahlawan oleh masyarakat.

"Mengapa ikan asin, karena menurut saya ikan asin bisa dikonsumsi oleh kalangan atas dan kalangan bawah, dan kisah ini adalah pertentangan antara kelas atas dan kelas bawah," ujar pria 67 tahun itu.

Pimpinan Produksi Teater Koma Ratna Riantiarno menjelaskan Opera Ikan Asin kembali ditampilkan dengan versi lengkap sesuai naskah aslinya. Pertunjukan yang mengiring 40 tahun kiprah Teater Koma tersebut juga akan dipentaskan oleh pemeran lintas generasi.

"Salah satu mimpi kami untuk menghadirkan lakon yang sarat makna ini dalam versi penuh, para pemainnya pun membuktikan regenerasi dalam tubuh Teater Koma, ada anak dari bapak yang dulu main di pentas sebelumnya, juga ada beberapa orang yang masih tetap bermain dalam tiga periode pementasannya," tutur Ratna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement