Selasa 29 Nov 2016 09:55 WIB

Anak Indonesia Butuh Aplikasi dan Gim Lokal

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
Anak bermain gadget  (ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Anak bermain gadget (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Gawai seolah menjadi bagian dari keseharian anak Indonesia pada umumnya saat ini. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri. Berbagai aplikasi dan gim kini menjadi teman anak. Bahkan tak sedikit dari mereka yang bisa mengunduh sendiri aplikasi dan gim tersebut.

Sayangnya, gim yang disediakan dalam playstore atau sejenisnya tidak semuanya ramah anak. Ada beberapa aplikasi dan gim yang tidak sesuai dengan kebuadayaan masyarakat Indonesia dan berbahaya untuk anak kita. Misalnya aplikasi gim Frozen yang berpacaran dengan Spiderman. Belum lagi iklan yang tak sesuai untuk anak.

Karena itu, anak Indonesia membutuhkan aplikasi gim dan edukasi yang sesuai dengan kebudayaannya. Dan ini seharusnya dikembangkan oleh pengembang perangkat lunak lokal. Hal ini ditegaskan oleh Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Indonesia, Hari Sungkari.

Menurutnya, yang tahu konten lokal adalah orang Indonesia sendiri. Karena itu menjadi peluang bagi masyarakat Indonesia membuat aplikasi dan gim lokal untuk Indonesia.

Hal senada, diungkap CEO yang juga Founder Educa Studio, Andi Taru Nugroho NW. Dia mengatakan sebenarnya banyak yang sudah menyediakan gim lokal untuk anak Indonesia. Ada yang developer games yang sudah internasional. Namun banyak itu relative. Secara poin, dia mengatakan secara nilai fiksnya masih ambigu dan semua butuh market share yang pasti.

Developer yang begitu banyak, menurut Andi sharenya masih kecil. “Kalau dihitung secara total sharenya masih kecil, itu tantangan bersama supaya sharenya besar, market yang katanya Indonesia itu besar,” ujarnya.

Educa Studio sendiri menyediakan aplikasi dan gim lokal untuk market lokal. Sebut saja buku interaktif, gim untuk anak marbel and friends, kolak atau koleksi lagu anak untuk bikin lagu-lagu baru. “Masyarakat Indonesia alhamdulillah banyak yang download aplikasi gim lokal, untuk Educa sendiri sudah sekitar 20 juta,” ujarnya.

Aplikasi dan gim lokal menurutnya semua memang buatan lokal. Ia menilai masyarakat Indonesia memerlukan aplikasi dan gim pendidikan yang lokal banget. ”Karena yang memahami orang Indonesia sendiri, menghargai karya lokal, tidak harus produk edukasi, gim edukasi, tidak harus punya Educa tapi menghargai karya lokal juga,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement