Sabtu 01 Oct 2016 05:13 WIB

Menjaga Keaslian Sushi

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Andi Nur Aminah
Sushi
Foto: pixabay
Sushi

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Chef sushi veteran, Fumimasa Murakami telah mengajar di Akademi Sushi Tokyo (TSA) dalam tiga tahun terakhir. Ia menekankan pentingnya kesederhanaan dalam pendekatan akademi.

Menurutnya jika orang-orang datang untuk belajar di TSA, Murakami berharap bisa mengajarkan mindset membuat makanan lezat tanpa merusak bahan dalam membuat sushi. “Saya pikir itu adalah sushi yang nyata,” ujar Murakami, dikutip dari Japantimes, Sabtu (1/10).

Kali ini sushi banyak mengalami modifikasi diseluruh dunia. Seperti sushi teriyaki Australia, monkey roll Brasil, dan pedasnya Meksiko spicy tampico roll.

Untuk Murakami, kehadiran varian internasional seperti itu hanyalah sebuah realitas. Meskipun penekanannya adalah ikan segar, namun koki muda sekarang lebih nemilih untuk menawarkan sushi matang.

“Otentikasi tidak begitu diperlukan. Tetapi jika anda tidak melakukan itu, dasar dari budaya sushi akan menghilang,” katanya.

Sedangkan seorang pemilik restoran Lebanon yang belajar sushi dengan Tran di TSA selama musim panas, Anthony Zeidan mengatakan akan sulit untuk merefleksikan cita-cita masakan Jepang ke negara lain. “Saya tahu gulungan tuna sederhana. Orang Lebanon akan mungkin merasa bosan karena mereka tidak mengerti kualitas ikan,” ujar Zeidan.

Dia mengeluarkan beberapa foto dalam ponselnya yang dibuatnya untuk restoran Stick & Maki di Beirut. Salah satu masakan, Purple Moon dibuat dengan beras bit, salmon, alpukat, rumput laut nori, dan kepiting.

Atas sushi dilengkapi dengan ketumbar dan sedikit rempah-rempah. Lainnya tidak menggunakan quinoa, namun beras. Pelanggan orang Barat senang sushi yang pedas, digoreng, dan diberi mayones. “Saya tidak mau makan jika koki restoran sushinya bukan orang Jepang,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement