REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Pemerintah Jepang mengusulkan memperkenalkan sistem akreditasi untuk restoran luar negeri yang melayani Washoku otentik atau masakan Jepang pada 2006. Sejak washoku diakui sebagai warisan budaya bukan benda oleh UNESCO pada 2013, Departemen Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan telah sibuk mengerjakan ulang sebuah ide, yaitu polisi sushi.
Januari lalu, media domestik melaporkan program sertifikasi untuk koki luar negeri diharapkan untuk dimulai tahun ini. Namun mendefinisikan pembuatan makanan asli adalah bisnis yang rumit.
Sementara pemerintah menyiapkan strategi top-down sendiri untuk menjamin keaslian makanan Jepang. Pertandingan Kejuaraan Sushi Dunia yang digelar di Tokyo pada Agustus memberikan kesempatan koki luar negeri untuk bersinar.
Para kontestan harus mengambil pelatihan atau tes yang digelar oleh Asosiasi Sushi Seluruh Jepang dan Institut Ketrampilan Sushi Dunia untuk menjadi bagian dalam Kejuaraan Sushi Dunia.
Akademi Sushi Tokyo tampak seperti tempat yang baik untuk mencari jawaban. Sekolah berbasis di Shinjuku menawarkan kursus delapan pekan secara intensif untuk mahasiswa Jepang yang ingin belajar esensi sushi otentik.
Di kampus Tsukiji, siswa internasional dapat memilih antara empat pekan belajar membuat sushi dan kursus Washoku. Siswa juga dapat mengambil keduanya.
Dikutip dari Japantimes, siswa bersiap-siap untuk tes di Akademi Sushi Tokyo. Biasanya mereka diberi waktu 10 menit untuk mempersiapkan nampan yang berisi 16 sushi nigiri standar dan dua jenis maki-zushi (sushi gulung).
Upaya mereka dinilai berdasarkan seperangkat kriteria yang mencakup keseimbangan dan kerapian. Selain itu, hal lain yang dinilai adalah kebersihan pisau dan talenan siswa setelah selesai membuat sushi.
“Ini bukan tes yang paling sulit,” kata seorang koki Vietnam Amerika yang menjalankan beberapa restoran di kawasan Los Angeles, Viet Tran. “Kami harus membuat 18 ini (nigiri) dalam tiga menit,” ujarnya.