REPUBLIKA.CO.ID, Pierre Herme mendapat gelar sebagai chef pastry terbaik dari World 50 Best Restaurants kemarin. Melalui tangan dingin Chef Herme, lahir macaron-macaron lezat dengan cita rasa yang merebut perhatian dunia.
Meski berhasil menciptakan macaron yang mendapat pengakuan dunia, Chef Herme memiliki kisahnya tersediri dengan kue berwarna-warni ini. Meski memiliki keinginan menjadi chef pastry sejak berusia 9 tahun, Chef Herme sama sekali tidak menyukai macaron yang memiliki cita rasa manis.
Tidak ada kode iklan yang tersedia."Saya merasa macaron itu terlalu manis," kenang Chef Herme seperti dilansir The Malay Mail Online.
Selain rasa yang dinilai terlalu manis, Chef Herme juga menilai macaron di zamannya dulu terlalu monoton. Jika saat ini sudah banyak kreasi rasa macaron, dulu rasa macaron hanya berkisar pada rasa kopi, cokelat dan vanilla.
Oleh karena itu, Chef Herme tak lagi menahan diri untuk menciptakan macaron dengan gayanya sendiri. Selain menekan rasa manis, Chef Herme juga membubuhkan kreativitasnya ke dalam kreasi macaron ciptaannya.
Salah satu metode yang Chef Herme lakukan ialah berkreasi dengan bahan. Dalam membuat macaron, Chef Herme menggunakan bahan seperti tepung almond, putih telur. Sedangkan terkait penggunaan gula, Chef Herme memperlakukan gula sebagai salah satu penambah rasa, bukan sebagai bahan utama dalam membuat macaron.
Di samping itu, Chef Herme juga bermain dengan rasa macaron yang ia ciptakan. Tak ingin terikat dengan rasa macaron yang monoton, Chef Herme mulai berkreasi untuk menciptakan rasa-rasa macaron baru yang kala itu belum ada dan umum ditemukan. Chef Herme pun memiliki laboratorium khusus dekat Parc Monceau yang menjadi tempatnya berkreasi dengan rasa.
Salah satunya, Chef Herme berkreasi dengan menggabungkan minyak zaitun dengan vanilla, buah mawar liar, buah ara serta foie grass untuk memberi kesan mewah. Chef Herme juga tak ragu menyulap macaron klasik Ispahan dengan kreasi raspberries, leci serta air mawar.
Chef Herme mengatakan cukup sulit untuk melakukan kreasi rasa pada macaron. Ia pun tak menampik jika beberapa kreasi yang ia lakukan tak berhasil. Salah satunya, Chef Herme pernah berkreasi dengan menggabungkan pir serta kastanye atau chestnut. Akan tetapi, Chef Herme tak berhasil untuk menonjolkan rasa yang tepat dari keduanya dalam satu macaron. Oleh karena itu, Chef Herme memutuskan untuk membuat kedua rasa tersebut menjadi dua macaron berbeda.
"Saya menganggap kreasi pastry sebagai sebuah Art dengan huruf A kapital... seperti halnya musik, melukis atau memahat," terang Chef Herme.