Selasa 14 Jun 2016 16:05 WIB

Seperti Apa Merdunya Musik Bambu di Mapahi?

Rep: Priyantono Oemar/ Red: Indira Rezkisari
Pemusik bambu Desa Mapahi menyanyikan lagu Naik Gunung dengan latar belakang kabut menyelimuti lereng Gunung Ntoriate.
Foto:
Yeni, pembuat kain kulit kayu di Mapahi dengan haa (kayu panjang tempat kulit kayu dipkul-pukul agar menjadi kain) dan alat pemukulnya.

Semula saya tak membayangkan bakal menemukan alunan merdu musik bambu di Mapahi, mengingat perjalanan ke desa ini sungguh memmbuat hati gemetaran ketika naik ojek. Kami harus melintasi berbagai jalan sempit di sisi jurang, yang membuat ngeri ketika menengok ke sisi jurang.

 

Tetapi ternyata, di balik sulitnya medan perjalanan, ada keindahan yang menyejukkan hati. Tea Marlini dari Jakarta mengakui irama musik bambu membangkitkan imajinasinya tentang pemandangan alam desa di pegunungan. ‘’Kebayang lagi lihat video teaser di televisi dengan pemandangan pegunungan dan desa yang masih asri. Sejuk musiknya,’’ ujar Tea.

 

Tea memang sedang di alam desa di pergunungan. Mapahi, desa berbukit, berada di ketinggian 900-1.000 meter dari atas laut di pinggir Taman Nasional Lore Lindu. Di wilayah ini, musik bambu dimainkan untuk menyambut tamu dan acara-acara lainnya.

 

Saya membayangkan, kelompok musik bambu ini tampil di pentas mengenakan seragam baju kain kulit kayu khas Pipikoro-Kulawi. Penampilan mereka tentu akan terlihat unik dan istimewa. Yonatan, sekretaris Hutan Kemasyarakatan Mapahi, setuju dengan pendapat saya. ‘’Nanti saya coba usulkan,’’ ujar Yonatan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement