REPUBLIKA.CO.ID, Dalam sebuah keluarga seringkali terjadi persaingan antarsaudara. Hal ini sering terjadi pada anak-anak ketika mereka masih kecil. Apalagi saat sama-sama masih balita. Bahkan kecemburuan antar saudara bisa berlanjut hingga dewasa.
Menurut sikolog Roslina Verauli, persaingan antar saudara atau sibling rivalry itu bukan secara alami dimiliki anak. Ternyata persaingan ini muncul semata-mata hanya karena manisfestasi, respons orang tua terhadap anak, tentang penghayatan dia, termasuk tentang perlakuan orang tuanya pada mereka.
“Jadi ketika si kakak lihat ada adik baru muncul seperti seorang istri pertama melihat istri kedua,” ujarnya kepada wartawan saat konferensi pers kampanye Bebehero di Jakarta, belum lama ini.
Sebenarnya anak yang masih bayi, usia nol sampai tiga bulan atau si pendatang baru belum mengerti apa-apa. Berbeda dengan kakaknya yang menyadari kehadiran si pendatang baru. Namun ketika pendatang baru itu berusia empat sampai tujuh bulan, dua mulai menyadari oh ini mama yang biasa pegang dan seterusnya.
“Karena itu usia nol sampai tiga bulan adalah momen emas bagi ibu untuk menjelaskan pada kakak bahwa ada yang akan masuk ke dalam lingkungan mereka. Ada yang baru tapi kakak tetap duluan hadir,” jelasnya.
Anak akan belajar mengenai aksi reaksi. Karena itu, sebaiknya orang tua terutama ibu memberikan kasih sayang yang sama. Misalnya, pertama sayangi adik sebentar, lalu sayangi kakak. Tidak berat sebelah. “Nah, itulah awal sibling rivalry perbedaan perilaku orang tua terhadap anak,” tambahnya.