Jumat 26 Feb 2016 12:32 WIB

Anak Perlu Diajarkan Mengenali dan Mengekspresikan Emosinya

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Anak tersenyum
Foto: pixabay
Anak tersenyum

REPUBLIKA.CO.ID, Apakah anak Anda sering mengeluarkan emosinya secara tak tepat? Misalnya marah-marah sambil melemparkan mainannya.

Psikolog, Roslina Verauli, mengatakan sebenarnya orang tua bisa mengajarkan anak mengenali dan mengekspresikan emosinya dengan tepat.

Roslina mengungkapkan pada dasarnya anak tidak paham memberi label pada emosinya. Di sinilah, peran orang tua yang cerdas. Orang tua harus membantu anaknya mengenal emosi-emosi terutama emosi negatif untuk diberi label. Anak harus tahu emosi kecewa, emosi marah dan lainnya. Mereka mesti paham.

“Kalau anak peka secara emosi, dia akan kompeten secara emosional, dia paham secara emosi, sehingga dia bisa mengeskpresikan dengan tepat,” ujarnya saat Media Gathering Bebelac Grow Them Great di Jakarta, Kamis (25/2).

Orang tua bisa memberikan contoh, kalau sedang marah itu bukan melepas sepatu lalu melemparkannya. Itu bukan marah, tapi marah itu begini, “Ibu nggak suka ya, ibu marah,” ujarnya mencontohkan.

Menurutnya, ekspresi secara verbal untuk emosi itulah ekspresi emosi yang tepat. Nah jika anak bisa mengeksrepsikan emosi secara tepat, dia akan lebih mudah memahami emosinya. Saat anak mudah mengenal emosi pribadinya, dia mulai belajar sosialnya, psiko sosialnya.

“Anak yang kompeten secara emosional akan berkorelasi dengan kompetensi psikososial, dia jadi peka terhadap emosi orang sekitarnya yang disebut empati,” tambahnya.

Anak yang berempati bisa mengelola emosi dengan baik, bertanggung jawab, menghargai orang lain, mau berbagi dan suka menolong. Karena itu orang tua harus mengajarkan anak mengelola emosi dengan baik, peka. Sisanya tinggal dikembangkan.

Ia menambahkan peka terhadap emosi orang lain atau empati memang sudah ada sejak anak lahir. Namun empati harus dikembangkan karena bisa hilang. Empati merupakan basis kemampuan secara sosial. Orang tualah yang bisa memberikan contoh kepada anak agar memiliki empati. “Jadi orang tua memberi contoh yang baik untuk empati, memberi contoh anak kompeten secara emosional dan sosial,” ujarnya.

(baca: Ortu, Lakukan Ini Jika Anak Berperilaku Mirip Lawan Jenis)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement