Rabu 20 Jan 2016 19:06 WIB

Di Balik Pesona Pantai Tempursari Lumajang

Pantai Tempursari, Lumajang, Jawa Timur.
Foto: Yasin Habibi/Republika
Pantai Tempursari, Lumajang, Jawa Timur.

Oleh: Angga Indrawan

Wartawan Republika Online

Belasan perahu kecil para nelayan berbaris rapi di tepian pantai berpasir hitam. Perahu-perahu itu sudah tiga hari belum menyapa perairan. Sudah tiga hari ini laut di lepas pantai TPI Tempursari, Desa Bulurejo, Kecamatan Tempursari, Kabupaten Lumajang, mendadak tak bersahabat. Tiga hari ini pula, semua masyarakat saling waspada terhadap gelombang lautnya. 

"Tiga hari ini masih waspada tsunami," kata salah satu nelayan di sekitar sana, beberapa waktu lalu.

Sebagian nelayan lain memilih berkumpul di teduhan pohon Bakau yang liar tumbuh di sana. Mereka kebanyakan memilih memperbaiki perahunya seraya berharap gelombang laut berkesudahan. Ombak begitu tidak beraturan saat saya datang. Para nelayan memilih situasi ini dengan kegiatan memotong-motong bilahan kayu, yang kemudian bilahan itu ia sumpal ke beberapa bagian perahunya yang keropos dan berlubang.

Samsul Iswan, tokoh masyarakat setempat, menyebut pantai Tempursari merupakan lokasi berkumpulnya para nelayan di sepanjang pantai di Kecamatan Tempursari. Kalau saja saya datang di saat tepat, katanya, setidaknya ada sekitar 150 nelayan yang terbagi dalam 6 kelompok tani. Penghasilan mereka tidak terlalu banyak. Hanya bermodal perahu kecil, para nelayan sehari setidaknya hanya cukup membawa empat ton hasil laut.

“Kalau tidak ada isu tsunami, mungkin kita juga bisa tempat pelelangan ikan itu ramai,” kata dia sambil menunjuk bangunan terbuka yang dibangun pada 2007 tersebut.

Selain aktivitas pesisirnya, pantai TPI Tempursari juga merupakan destinasi wisata yang cukup menggiurkan yang ada di pesisir Lumajang yang memanjang. Lokasinya yang berada di balik perbukitan hijau, menjadi target wisatawan pada akhir pekan. Destinasi wisata yang terbilang murah meriah, hanya butuh merogoh kocek tiga ribu rupiah untuk per lembar tiket masuknya.

Wisata pantai tak hanya menyajikan pemandangan ombak yang bersahut-sahutan dari perairan Selatan tanah Jawa. Jika bernyali besar, para nelayan juga meminjamkan perahu bagi para pengunjung untuk mengelilingi pantai yang terbentang lebih dari 15 kilometer tersebut.

Di sepanjang pantai, ditanam beberapa pohon Cemara Udang yang jumlahnya mencapai ribuan. Pohon Cemara Udang merupakan spesies yang langka. Berbeda dengan daun Cemara kebanyakan, Cemara Udang memiliki tekstur daun yang lebih memanjang meski jarang-jarang. 

"Ditanam sekitar lima tahun yang lalu, saat pantai ini di kemas sebagai lokasi wisata," kata Samsul menambahkan. Menambah koleksi kecantikan pantai Tempursari, beberapa deret pekarangan di sepanjang pantai juga menjadi lahan percontohan pengembangbiakkan buah Naga.

Pantai Watu Gedek dan Watu Godek

Segaris dengan Pantai Tempursari, juga terdapat satu pantai yang tak kalah eksotisnya. Masyarakat menyebut pantai ini dengan istilah Pantai Watu Gedek. Pengambilan namanya, diambil karena tebing-tebing di sekeliling pantai berbentuk seperti anyaman bambu atau dalam bahasa Jawa sering disebut gedek. 

Pantai Watu Gedek bukan destinasi wisata. Posisinya terbuka umum karena posisinya yang hanya berjarak dua puluh meter dari perlintasan jalan. Namun jangan dikira, pantai ini justru menjadi serbuan para muda-mudi Lumajang. Ombaknya yang besar, serta pemandangannya yang begitu bersahaja, menjadikan pantai ini tak kalah ramai dengan pantai TPI Tempursari.

Tak jauh dari lokasi Watu Gedek, ada pantai lain yang menambah kesan. Adalah Watu Godek, satu pantai yang hanya berjarak 100 meter dari pantai Watu Gedek. Pantai Watu Gedek merupakan pantai yang memiliki sebuah batu tinggi besar, yang bergeleng-geleng (godek) jika diterpa ombak. 

“Sayang batu itu sudah rubuh yang godek-godeknya,” kata Rosyid, salah satu penduduk setempat.

Berdasarkan catatan lain, nama pantai Watu Godek karena fungsinya bagi masayarakat sekitar. Masyarakat setempat percaya bahwa dengan mandi di laut itu, penyakit kulit akan bisa terobati. Sebab nama Watu Godeg dalam bahasa Jawa, Watu berarti Batu, dan Godeg adalah sejenis penyakit kulit seperti panu dan gatal-gatal lainnya. Khasiat air ternyata tak hanya sebatas air pantai. Di beberapa titik, terdapat danau air payau yang juga memiliki keampuhan serupa. Beberapa danau air payau kini digunakan sebagian masyarakat untuk memancing.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement