Rabu 20 Jan 2016 08:59 WIB

7 Langkah Hilangkan Trauma Anak Akibat Terorisme

Rep: Aprilia Safitri Ramdhani/ Red: Indira Rezkisari
Ibu dan anaknya.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Ibu dan anaknya.

REPUBLIKA.CO.ID, Ada tujuh cara yang bisa dilakukan orang tua agar anak tidak trauma berhadapan dengan aksi terorisme atau peristiwa traumatik.

Dosen psikologi Universitas Indonesia Nathanael EJ Sumampouw M.Psi mengatakan, tujuh langkah itu bisa diterapkan dengan tujuan menghindari anak dari trauma berkepanjangan. Sebab anak yang truma bisa tumbuh menjadi pribadi antisosial.

Menurut Nael sejatinya orang tua dapat menerangkan aksi terorisme dengan tujuh langkah A B C D E F kepada sang anak agar tidak trauma.

A. Langkah tersebut adalah A yakni ajukan pertanyaan, biarkan mereka mengajukan beberapa pertanyaan kepada para orang tua agar orang tua tahu informasi apa saja yang sebenarnya mereka dapatkan.

B. Sementara B adalah batasi paparan bermuatan kekerasan, berupa menunjukan foto korban melalui televisi maupun media sosial lain. Karena tanpa disadari hal tersebut justru akan menimbulkan efek trauma pada anak.

"Nah, apabila si kecil terlanjur melihat cobalah dengan menerangkan bahwa kejadian tersebut akan berakhir secara damai. Setelahnya, sebaiknya jauhkan mereka dari tayangan tersebut dan alihkan perhatian mereka seperti mengajak bermain atau belajar," imbuhnya.

C. Selain itu langkah C adalah ceritakan kejadian tersebut dengan sederhana.

D. Langkah D yakni dengarkan lebih banyak apa saja yang anak tahu tentang kejadian tersebut.

E. Langkah E dapat dilakukan dengan cara ekstra perhatian dan memberikan kasih sayang kepada sang anak ketika mereka mengalami trauma.

F. "Yang tak kalah penting adalah menunjukkan kasih sayang kita kepada mereka, tujuannya agar mereka merasa aman bersama kita para orang tua. Sedangkah langkah F yang terakhir adalah tetap fokus pada aktivitas dan mengembalikan rutinitas anak seperti biasa secepatnya," lanjutnya, kemarin (19/1).

Rutinitas yang dimaksud, lanjut Nael adalah seperti sekolah, atau aktivitas di luar rumah lainnya. Misalnya bermain sepak bola serta bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Hal ini berguna untuk meningkatkan optimisme anak akan hari esok yang lebih baik, serta mengurangi dampak dari trauma yang mereka alami.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement