Rabu 02 Dec 2015 15:30 WIB

Sexting Picu Booming Remaja Pengidap HIV-AIDS

.
Foto: flickr
.

REPUBLIKA.CO.ID, Banyak orang tua menganggap anaknya remaja yang baik. Ia mendapat nilai baik di sekolah, bergaul sopan, dan seperti remaja lainnya banyak menghabiskan waktu di hadapan layar gadgetnya.

Di balik layar itu padahal orang tua tidak tahu apa yang anak lakukan, yang mungkin membahayakannya. Seperti misalnya berbincang dengan temannya menggunakan simbol lucu emoji atau emoticon, dengan bahasan seks yang tidak sepatutnya dilakukan remaja.

Bermula dari sexting dengan emoji, psikolog Elly Risman mengatakan anak akan berani mengirim fotonya tanpa busana bahkan foto alat kelaminnya ke temannya. Lalu anak setelah itu berani mencoba bermasturbasi, berlanjut ke perbuatan seks suka suka tanpa dilandasi perkawinan resmi, bahkan berani mencoba hubungan dengan lawan jenis.

Akibatnya bisa ditebak angka pengidap HIv-AIDS pun bertambah. "Ketika anak ketahuan sexting, orang tua remaja juga tidak kompak, ayah menyalahkan ibu. Menilai ibu seharusnya bisa mengawasi anak. Ayah pilih menyerahkan semua pada ibu karena biasanya orang tua remaja sedang di puncak karier dan jabatannya adalah segalanya. Lebih penting dari anaknya," Elly menuturkan.

(baca: Waspadai Bahaya Sexting Remaja dengan Emoji)

Sexting atau perilaku remaja sejenis lainnya padahal harus dipandang sebagai bahaya. Bahaya yang disebut Elly bukan hanya penting diperhatikan orang tua, tapi harus jadi perhatian pemerintah.

"Negara tapi abai, seolah tidak terjadi apa-apa," kata Elly. Laporan PBB padahal menyebut Indonesia masuk dalam salah satu dari 10 negara dengan angka pengidap HIV-AIDS di usia 10-19 tahun terbanyak di Asia Pasifik. Dan, angkanya diprediksi terus bertambah.

Sexting pun dipandang Elly sebagai pintu remaja Indonesia menuju seks diluar nikah. Bila tidak ada aksi untuk melawan pornografi dalam bentuk apapun Elly khawatir negara tidak akan sanggup mengatasi melonjaknya angka pengidap HIV-AIDS muda.

"Bayangkan saja, di Tarakan sudah terjadi beberapa tahun lalu angka remaja pengidap HIV-AIDS lebih tinggi dari pekerja seks komersial yang mengidap HIV-AIDS."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement