REPUBLIKA.CO.ID, Memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi tak hanya bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak, tapi juga untuk mengembangkan kemampuan psikososial anak.
“Inilah dampak eksplorasi yang paling penting yang biasanya tidak disadari orang tua,” jelas Psikolog anak, Roslina Verauli kepada wartawan dan blogger di Jakarta, pekan lalu.
Ketika anak-anak berinteraksi dengan orang tua psikososialnya berkembang. Psiko adalah emosinya, emosi anak jadi positif, anak bahagia maka anak akan lebih percaya diri.
“Karena mamanya minta dia lakukan sesuatu yang dia kuasai, anaknya mastering, anaknya merasa kompeten karena dia mampu, tidak cuma mampu, tapi bisa capai ketinggian tertentu, anak jadi percaya diri, ketika percaya diri anak siap untuk tercebur secara sosial, keterampilan sosialnya berkembang emosi dengan orang tua berkembang,” jelasnya.
Ada banyak hasil riset mengenai eksplorasi anak, orang ternyata berperan mengoptimalkan eksplorasi itu. Jadi anak belajar melalui eksplorasi, anak belajar sambil bermain. Bermain seperti apa? Saat usia dua sampai enam tahun dimana puncak bermain lagi tinggi-tingginya, anak bermain justru dari eksplorasi
“Eksplorasi belum optimal kalau tidak libatkan interaksi orang dewasa atau orang tua, kenapa lebih optimal? Ketika anak melibatkan orang tua dia happy, saat happy hormon yang dilepas adalah hormon kebahagiaan, hormon kebahagiaan ini mengubah kandungan gula dalam darah untuk menutrisi otak sehingga otaknya ready to learn,” paparnya.
Maka ada kalimat sahih dari Albert Einstein, 'learning is experience'. Roslina mengatakan itu sangat sesuai. Dimulai usia dua tahun, anak mulai kuasai kemampuan bicara dan berjalan, saat itulah dia eksplorasi lebih bebas mendalam.