REPUBLIKA.CO.ID, “Hasan jangan naik-naik meja, Hasan jangan pegang itu, Hasan jangan lari-larian.” Itulah kalimat-kalimat larangan yang sering diucapkan seorang ibu pada anaknya. Dan mungkin ini juga yang sering Anda teriakkan pada anak-anak Anda. Melarang mereka begini, melarang mereka begitu.
Banyak kabar beredar bahwa para psikolog menyarankan agar tidak menggunakan kata jangan untuk melarang anak melakukan sesuatu hal. Sebab dengan mengeluarkan kata jangan itu, anak justru akan semakin penasaran.
Tapi menurut Psikolog Anak dan Keluarga, Roslina Verauli, orang tua boleh kok mengatakan jangan pada anak. Ini khusus untuk hal-hal yang bersifat darurat atau bahaya. Misalnya ketika anak mau memegang api atau benda tajam.
“Setiap anak otaknya berproses, jangan ini, jangan itu, harus ada penjelasannya. Jangan pegang api, karena itu bahaya, bisa terbakar,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta pekan lalu.
Tapi sayangnya kadang ada anak yang keras kepala. Sudah dibilang bahaya masih saja tidak mau mendengar. Misalnya anak ingin minum atau memegang cangkir berisi teh panas. Dilarang jangan pegang itu panas, masih saja ingin pegang.
Untuk anak yang seperti ini, Verauli menyarankan agar ibu memberi tahu anak bagaimana rasanya panas. Tapi tidak membiarkan anak memegang cangkir panas. Cukup dengan mendekatkan tangannya ke cangkir yang panas, merasakan uap panasnya saja. Mereka tidak perlu tahu panasnya. “Nah ini yang namanya panas, berbahaya,” ujar Verauli menirukan percakapan bunda dengan anaknya.
Apa benar larangan jangan membuat anak makin penasaran? Menurut Verauli jawabannya ya memang anak jadi semakin penasaran. Karena itu, yang bagus dan lebih baik adalah berikan kalimat deskriptif, edukasinya yang penting. Inilah mengapa orang tua juga perlu edukasi, harus banyak belajar.