REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG PANDAN -- Jika Anda berkesempatan ke Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sempatkan waktu mampir ke Warung Kopi Ake.
Jangan bayangkan warung kopi ini seperti kebanyakan warung kopi di kota besar yang desainnya modern nan megah. Warung Kopi Ake hanyalah warung kopi sederhana yang berlokasi di seberang bangunan kolonial Belanda.
"Warung kopi ini sudah ada sejak 1921. Ini sudah turun temurun hingga empat generasi," kata Akiong, panggilan akrab pemilik Warung Kopi Ake ketika dijumpai Republika Online (ROL) di Tanjung Pandan, beberapa waktu lalu.
Sebetulnya kopi yang dijual di Warung Kopi Ake bukanlah kopi khas Belitung, melainkan kopi dari Lampung dan Palembang. Hanya saja, kopi-kopi tersebut diolah dengan cara yang tradisional di Warung Kopi Ake.
Billy, anak Akiong yang merupakan generasi keempat, mengungkapkan Warung Kopi Ake menggunakan ceret yang sudah turun temurun. Ceret dari kuningan itu sudah sangat usang namun masih terus digunakan lantaran mampu menjaga kepanasan air lebih lama ketimbang ceret baru.
"Ceret ini sudah lama sekali digunakan, suka bocor sih tapi dipatri dengan timah. Ceret ini memang khusus dibuat sejak kakek buyut saya," ujar Billy yang sempat menimba ilmu di Jakarta ini.
Selain ceret yang sudah menahun, gentong tempat menaruh air, alat penyulingan air juga masih sama yang digunakan sejak Warung Kopi Ake didirikan. Tekhnik penyajian kopi di Warung Kopi Ake ini juga tradisonal sehingga aroma kopi kental terasa.
Air yang sudah disuling kemudian direbus dalam ceret yang dipanaskan. Baru kemudian kopi diseduh. Cara menyeduhnya menggunakan saringan dari kain seperti stocking ke dalam gelas besar.
Setelah kopi disaring di gelas besar kemudian kopi dituangkan ke gelas-gelas kecil. Jika Anda memesan kopi susu, maka gelas kecil sebelumnya sudah diberi susu kental manis kalengan. Selain kopi susu dan kopi hitam, Warung Kopi Ake juga menyediakan teh susu atau teh tarik.
"Kami bisa menjual 100 gelas kopi sehari kalau ramai. Satu cangkir kopi atau teh kami hargai Rp 7.000. Biasanya ramai di pagi hari, sore menjelang malam hari," kata Billy.