REPUBLIKA.CO.ID, KANSAS -- Guru dan terapis ternyata bisa mengajarkan anak-anak dengan gangguan autisme tentang bagaimana bersosialisasi dengan rekan-rekan mereka.
Percobaan acak menunjukkan anak-anak autis yang bepartisipasi dalam jaringan sosial tidak hanya membuat kemajuan signifikan dalam berkomunikasi sosial selama percobaan dilakukan, namun juga lebih sering berinisiatif dengan rekan-rekan mereka.
Peneliti University of Kansas Life Span Institute, Debra Kamps bersama rekan-rekannya dari University of Washington melakukan percobaan selama empat tahun. Hasilnya, guru dan terapis bisa mengajarkan keterampilan sosial tersebut kepada anak-anak autis di dalam kelas, saat makan siang, bahkan saat istirahat.
"Penelitian kami menunjukkan tidak sulit mengajarkan mereka (anak-anak autis) tentang bagaimana cara melakukannya," kata Kamps, dilansir dari Science Daily, Senin (13/4).
Penelitian yang didanai Departemen Pendidikan Amerika Serikat ini melibatkan 95 siswa autis di Kansas dan Washington. Dari kelompok itu, sebanyak 56 anak sudah bisa bepartisipasi dalam kehidupan sosial setelah dua tahun, dari TK hingga kelas satu sekolah dasar.
Salah satu bentuk pendekatan yang dilakukan adalah meminta anak-anak tersebut memberikan komentar, berbasa-basi seperti mengucapkan terima kasih, dan bermain bersama. Meskipun pendekatan ini belum secara rutin digunakan di sekolah-sekolah karena kurangnya sumber daya, Kamps berharap hasil yang menjanjikan dari penelitian ini bisa diadopsi oleh banyak pihak.
"Melihat ekspresi di wajah anak-anak ketika teman-teman sebaya mereka datang ke kelas, itulah yang membuatku bersemangat selama bertahun-tahun ini," kata Kamps.