REPUBLIKA.CO.ID, Familiar dengan istilah “size does matter”? Ukuran tidak penting. Namun jika tergolong mikro –apalagi untuk penis di kecil– pasti kekhawatiran Anda muncul.
Seorang ibu, sebut saja namanya Marina, 28 tahun, merasa tidak tenang setelah memerhatikan penis sang anak, Rama, 3 tahun, seusai memandikannya. “Penis Rama tampak mungil sekali, mungkin ukurannya hanya 2 cm. Sepertinya tidak tumbuh. Apalagi Rama juga gemuk, jadi perbandingan penis dengan tubuhnya sepertinya jauh sekali.” Khawatir terjadi kelainan, Marina pun membawa Rama ke dokter.
Banyak faktor
Dikutip dari www.parentsindonesia.com, satu studi epidemiologi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 1,5 dari 10.000 bayi lelaki terlahir dengan mikropenis di antara tahun 1997 and 2000. Penis anak yang tampak kecil, kelihatan kulupnya saja, atau penis seperti menyatu dengan kantong zakar sehingga sulit terlihat, kerap membuat orang tua khawatir anaknya mengalami mikropenis. Perkembangan penis sendiri terdiri dari dua tahap penting, dari fase embrional sampai akhir pubertas yang sangat dipengaruhi oleh hormon testosteron.
Menurut DR. Dr. Jose RL Batubara, SpA (K), spesialis endokrinologi dari FKUI-RSCM, gangguan pada produksi, sekresi maupun faal testosteron dapat memengaruhi ukuran panjang penis. Karena pengaruh testosteron, penis bertambah panjang 10 kali lipat.
“Dengan demikian penyebab mikropenis lebih banyak dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang mempengaruhi sekresi atau kerja testosteron pada fase kedua perkembangan penis intrauterine,” jelasnya. Selain kelainan hormon, mikropenis juga bisa disebabkan oleh sindrom-sindrom tertentu yang berkaitan dengan kelainan kongenital, kelainan susunan saraf pusat, sampai penyebab yang tidak diketahui.