REPUBLIKA.CO.ID, Riana (32 tahun) akhir-akhir ini sering merasa kesal dan merasa tersisih, karena Bella (3 tahun) putrinya lebih memilih dan lebih senang bersama ayahnya daripada bersamanya. “Bella sepertinya tidak bisa lepas dari papanya, dari mulai minta dipakaikan baju, disuapi, ditemani bermain, bahkan sampai untuk urusan ditemani tidur pun Bella ngotot ingin sama papanya,” tutur Riana.
Tidak itu saja, si batita ini justru tantrum jika Riana memaksa untuk bersamanya melakukan berbagai aktivitas. Pokoknya, papa, papa, dan selalu papa.
Apa yang terjadi?
Nyatanya, saat si kecil bersikap pilih kasih, ini justru pertanda bahwa si kecil merasakan kedekatan dengan Anda. “Dia merasa cukup aman karena merasakan cinta Anda dan tahu dia bisa menolak Anda dan nantinya masih akan mendapatkan sambutan hangat saat dia kembali,” jelas Krista L. Swanson, PhD, psikolog anak di Early Childhood Center at Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles, dikutip dari www.parentsindonesia.com.
Di tahap ini juga anak sedang bereksperimen dengan perpisahan, yang menandakan imajinasi dan memorinya sedang berkembang. Lorraine McCune, PhD, profesor psikologi tumbuh kembang di Rutgers University, New Brunswick di New Jersey mengatakan bahwa anak menyadari bahwa dengan menghabiskan waktu bersama salah satu orang tua berarti dia akan mendapatkan perhatian yang utuh. “Anak juga belajar mengungkapkan perasaannya dalam kata-kata, membuat keputusan sendiri, dan menggunakan pengaruhnya dalam lingkungan.”
Selain itu, menurut Alzena Masykouri, MPsi, psikolog anak dari Klinik Kancil, setiap orang pada dasarnya pasti akan memiliki rasa nyaman bila berinteraksi dengan orang lain. “Tidak hanya anak, bahkan bayi sekalipun pasti mempunyai preferensi terhadap orang-orang yang mengasuhnya. Selain bonding, rasa nyaman bisa ditimbulkan karena seringnya berinteraksi, kebutuhan untuk diterima dan dipahami, dan perasaan menyenangkan yang dirasakan ketika berinteraksi dengan orang tersebut,” jelasnya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika